BRK Wacanakan Go Public

Senin, 27 Juni 2016 21:09:15 1251
BRK Wacanakan Go Public
Menara Dang Merdu Bank Riau Kepri
Pekanbaru, inforiau.co - Direktur Utama Bank Riau Kepri DR. Irvandi Gustari menyampaikan dalam Struktur pendanaan di industry keuangan, tentunya harus dicari suatu titik keseimbangan sumber pendanaan dalam mendukung pembiayaan jangka panjang. Tidaklah ideal bilamana untuk pembiayaan jangka panjang, sumber pendanaannya adalah berasal dari dana jangka pendek.
 
"Contohnya untuk kredit jangka menengah yang jangka waktu pinjamannya 3- 5  tahun saja, tidaklah ideal bila hanya didukung sumber pendanaan dari Dana Pihak Ketiga yang jangka pendek seperti Giro dan Deposito. Hal tersebut bila tidak dikelola dengan baik, maka bisa terjadi adanya resiko mismatch," ujar Irvandi Gustari, Jumat lalu.
 
Irvandi mengatakan, idealnya dalam kaitan mengantisipasi untuk tidak terjadi "Mismatch" dan bahkan adanya resiko likuiditas, haruslah dibuat komposisi sumber pembiayaan jangka menengah dan panjang tersebut dari  dana-dana yang juga berasal sumber dana jangka panjang juga. Secara konkritnya sumber pembiayaan pinjaman tersebut harus ada perimbangan antara dana yang berjangka pendek dan menengah dengan dana-dana yang berjangka panjang.
 
"Obligasi adalah salah satu bentuk solusi untuk mendukung pembiayaan jangka menengah dan jangka panjang. Bagi dunia perbankan, penerbitan obligasi adalah suatu bentuk kelaziman yang dilakukan dalam membentuk titik keseimbangan ideal dalam struktur pendanaannya dalam kaitan mendukung pembiayaan-pembiayaan jangka menengah dan panjang tersebut," jelasnya.
 
Selanjutnya Irvandi menyampaikan, Bagi Bank Riau Kepri obligasi adalah bukanlah komponen yang baru dalam struktur pendanaannya. Saat ini Bank Riau Kepri telah pernah menerbitkan obligasi sebesar Rp500 Milyar.
Besaran Rp500 milyar tersebut adalah sesuatu yang relative bilamana dikatakan besar atau kecil, mengingat DPK Bank Riau Kepri saat ini adalah sekitar Rp16 Triliun. Artinya bisa dikatakan Obligasi sebesar Rp500 Milliar tersebut bisa dikatakan hanyalah porsi kecil dari struktur pendanaan Bank Riau Kepri secara menyeluruh, yaitu tidak sampai 1 %.
 
"Kita bandingkan dengan Bank DKI yang besar assetnya tidak jauh beda dengan Bank Riau Kepri, baru baru ini telah meluncurkan Obligasi senilai Rp2,5 T dan malah Bank Sulselbar yang besar assetnya lebih kecil dari Bank Riau Kepri diawal Juni ini juga telah menetapkan obligasi sebesar Rp. 1 Trilliun.  Jadi Obligasi yang dimiliki BRK yang Rp500 miliar itu sangat kecil dibandingkan yang dimiliki BPD lainnya," ujarnya.
 
Penerbitan obligasi tidak ada kaitannya dengan adanya isu kesulitan likuiditas. Justru obligasi adalah peluang bisnis, memanfaatkan fasilitas sumber pendanaan jangka panjang.
 
Kemudian orang nomor satu di BRK ini juga meyampaikan keinginan BRK untuk Go Publik. Saat ini Bank Pembangunan Daerah yang sudah Go Publik ada 2 yaitu Bank BJB, Bank Jatim dan sebentar lagi yang akan menyusul Go Publik adalah Bank Jateng dan bank Sumsel babel.
 
"Sudah saatnya juga Bank Riau Kepri untuk mewacanakan Go Public. Berharap banyak pada pemegang saham saat ini untuk percepatan penambahan modal terkait dengan kebutuhan pengembangan usaha, tentunya tidaklah tepat dalam kondisi APBD dari setiap pemrop dan pemkab/kota saat ini yang sama sama kita ketahui sedang mengalami penurunan yang cukup signifikan.
 
Untuk ketahanan dan kemampuan daya saing dalam era global, maka besarnya modal sangat menentukan size atau besarnya usaha dalam upaya menguasai pasar dan memenangkan persaingan yang cukup ketat dan bahkan pesaing itu tidak saja dari domestic saja, melainkan juga dari bank bank asing yang akan merambah masuk dalam era MEA ini. Untuk itu wacana untuk Go Public melalui proses IPO (Initial Public Offering) harus segera dirancang secara terstruktur oleh Bank Riau Kepri.
 
Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rahman dalam sambutannya ketika membuka workshop ini menyampaikan sudah saatnya sekarang BUMD- BUMD yang ada di Riau tidak bergantung lagi kepada APBD pemerintah daerah, karena saat ini kondisi APBD pemerintah daerah mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.
 
Selanjutnya orang nomor satu di Riau ini juga menyampaikan sudah saatnya sumber pendanaan BUMD saat ini tidak berasal dari satu sumber saja melainkan harus dari beberapa sumber seperti sumber hutang jangka panjang dan equity. Untuk mendapatkan sumber pendanaan yang banyak ini dibutuhkan tingkat kepercayaan daripada stakeholder dan itu didapat jika BUMD - BUMD yang ada di Riau ini dalam kondisi sehat dan menguntungkan secara bisnis.  Selain itu Gubri juga mengapresiasi BRK yang telah berinisiatif untuk menjajaki kemungkinan adanya IPO dan termasuk juga pembiayaan jangka panjang melalui obligasi. 
 
Sementara Prof. Dr. Adler Haymans Manurung meyampaikan hasil kajian yang pernah dilakukannya berdasarkan laporan keuangan BRK tahun 2015 sepatutnya BRK telah memenuhi syarat untuk menerbitkan obligasi sebasar 5 triliun walapun setelah dikonfirmasi kepada Irvandi, untuk tahap awal akan menerbitkan lagi sebesar 1 triliun mengingat rating BRK adalah "A".
 
Lebih lanjut dikatakan Adler, perekonomian Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau tumbuh lebih 5% per tahunnya dalam lima tahun terakhir. Pertumbuhan perekonomian tersebut membutuhkan pendanaan yang diperoleh dari Bank lokal di kedua Provisnsi tersebut yaitu Bank Riau Kepri dan bank lain yang membuka cabang di kedua provinsi tersebut.
 
Berdasarkan data Bank Indonesia tentang Riau, bahwa kredit pada tahun 2010 sebesar Rp. 42.380 Milyar dan mengalami kenaikan menjadi Rp. 85.963 Milyar pada tahun 2015. Artinya ada pertumbuhan kredit sebesar Rp. 15,19% per tahun selam periode tersebut. DPK yang dapat dikumpulkan oleh bank-bank di Riau sebesar Rp36.866 Milyar pada tahun 2010 dan meningkat menjadi Rp. 62.830 Milyar pada tahun 2015. "Artinya, ada pertumbuhan dana pihak ketiga sebesar 11,25% per tahunnya. Data tersebut memperlihatkan bahwa angka kredit lebih tinggi dari DPK yang dimiliki perbankan baik di tahun 2010 maupun pada tahun 2015," ujarnya.
 
Bila dilihat dari pertumbuhannya, maka pertumbuhan kredit lebih tinggi dari pertumbuhan dana pihak ketiga. Atas hasil ini, maka perbankan harus mendapatkan sumber lain yaitu obligasi dan sebagainya. Bila dilihat dari paper tentang usulan penerbitan obligasi dinyatakan juga bahwa Bank Riau Kepri harus menerbitkan obligasi untuk mendapatkan dana pembiayaan yang akan disalurkan kepada konsumen. "Oleh karena itu, selayaknya bank-bank di Riau melakukan tindakan agar bisa beroperasi lebih baik dan bisa mendukung perekonomian Riau dan pendanaan tersebut harus tida dengan DPK lagi," kata Adler.
 
Lebih lanjut Adler mengatakan, Obligasi BRK merupakan obligasi yang menguntungkan bagi bank tersebut, dikarenakan bank tersebut tidak menyiapkan singking fund setiap tahunnya. IR

KOMENTAR