Budaya Batak, Karo, dan Tionghoa Pukau Penonton PSB 2016

Jumat, 07 Oktober 2016 08:48:32 1001
Budaya Batak, Karo, dan Tionghoa Pukau Penonton PSB 2016

Pangkalan Kerinci, inforiau – Lapangan Merdeka Riau Komplek PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) tidak pernah sepi dari kunjungan warga sejak dilaksanakannya Pekan Seni dan Budaya (PSB) Riau Komplek tahun 2016 Minggu (2/10) lalu.

11 paguyuban secara bergantian menampilkan atraksi seni budaya dari daerah masing-masing, diantaranya Ikatan Keluarga Melayu Riau Kompleks (IKMR), Ikatan Keluarga Minang Riau Kompleks (IKM-RK), Ikatan Keluarga Asal Batak Toba (IKABA), Ikatan Keluarga Nias (IKN), Ikatan Keluarga Asal Sumatera Selatan (IKASS), Persatuan Tunggal Warga (PUNGGAWA), Persatuan Masyarakat Aceh (PERMASA), Himpunan Keluarga Muslim Asal Tapanuli (HIKMAT), Paguyuban Masyarakat Karo (MERGASILIMA), Paguyuban Masyarakat Sunda (PANDAN WANGI) dan Ikatan Keluarga Tionghoa (IKT).

Hari ketiga pelaksanaan PSB menampilkan atraksi dari IKABA, IKT dan MERGASILIMA yang tidak kalah memukau dan mengobati kerinduan kampung halaman warga asalnya. Penampilan ketiga paguyuban ini memancing tepuk tangan ribuan penonton. IKABA misalnya, paguyuban ini mengusung tema anak adalah segalanya. Dalam penampilannya, terdapat boneka Sigale-gale yang khusus didatangkan dari desa Tomok yang terletak di Pesisir Timur Pulau Samosir, Danau Toba, Sumatera Utara.

“Stand kami juga memajangkan ulos dan alat tenun yang juga khusus didatangkan dari Sumatera utara.  Stand kami pengunjung juga bisa menari tor-tor bersama sigale-gale,” jelas ketua IKABA, Jonson Siahaan, Rabu (5/6) malam.

Sedangkan pada stand IKT sendiri mengusung tema cerita seorang putri kerajaan yang sedang mencari jodoh. Panitia PSB dari IKT, Pratiwi menjelaskan dalam kerajaan tersebut terdapat seorang peramal yang menceritakan kehidupan seorang putri dimasa depan. Tidak lama kemudian, sang putri dipinang seorang kaisar yang membawa hadiah dari negeri tetangga, yakni kepala naga. Tidak lama kemudian mereka menikah dan hidup bahagia.
“Untuk penampilan panggung, kami dari IKT mempersembahkan tarian naga yang merupakan simbol dari kekuasaan kaisar,” ujarnya.

 


Berbeda dengan MERGASILIMA, tahun ini paguyuban tersebut mengisahkan cerita Beru Dayang sebagai bentuk dari gotong royong. Hal ini mengisahkan bahwa masyarakat karo memegang prinsip hidup senang susah sama-sama. Ketua MERGASILIMA mengatakan stand sendiri mereka menampilkan hasil pertanian tanah karo seperti buah dan sayuran.
Ketua Pekan Seni Budaya Riau Kompleks 2016, Taharudin, menuturkan melalui tema ‘Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kita Runtuh’ diharapkan warga Riau Kompleks bisa terus bersatu menghadapi segala perbedaan yang ada.

“Sejalan dengan hari proklamasi yang kita rayakan Agustus lalu, kita mengambil tema Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kita Runtuh. Acara ini untuk dibuat untuk keberagaman di Riau Kompleks. Dengan keberagaman dan persatuan, apapun bisa diselesaikan,” kata Tahar.
Tahar berharap setiap individu di Riau Kompleks bisa terus mempertahankan nilai-nilai kebersamaan antar etnis agar dapat menghadapi setiap tantangan bersama-sama. “Kita ingin agar setiap paguyuban semakin semangat dalam menunjukkan kesenian mereka masing-masing dan semakin rukun, saling menghormati perbedaan,” ucap Tahar.

Sebelumnya, bupati Pelalawan, H M Harris apresiasi dengan RAPP yang telah mengadakan Pekan Seni dan Budaya ini. Kegiatan tersebut dapat menarik para wisatawan dalam dan luar negeri, sehingga tidak hanya wisata alam yang kita miliki, tetapi juga wisata budaya. Tentunya kegiatan malam ini merupakan bukti kekayaan Indonesia. (*)
 

KOMENTAR