Dibiarkan Bendera Lusuh Dikibarkan Jelang HUT RI, Orang Tua Murid Sumbangkan Bendera Baru ke SMPN 7 Tambang

Jumat, 08 Agustus 2025 14:19:11
Dibiarkan Bendera Lusuh Dikibarkan Jelang HUT RI, Orang Tua Murid Sumbangkan Bendera Baru ke SMPN 7 Tambang

Kampar - Menjelang detik-detik perayaan HUT RI ke-80, pemandangan tidak mengenakkan terpampang di gerbang SMPN 7 Tambang, Kabupaten Kampar. Bendera Merah Putih —lambang kehormatan negara— dibiarkan koyak, lusuh, dan memudar di tiang sekolah.

Sementara seruan Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, untuk mengibarkan bendera merah putih yang layak, tampak tak bergema di sekolah ini.

Adalah Tony Chaniago, SH, seorang tokoh muda sekaligus pengurus Karang Taruna Kecamatan Tambang, yang tak sanggup lagi menahan rasa miris. Setiap kali mengantarkan anaknya ke sekolah, matanya selalu tertuju pada bendera yang compang-camping, seolah menampar harga diri bangsa.

“Bendera itu makin hari makin koyak. Untuk apa dipasang kalau hanya membuat malu bangsa? Akhirnya saya putuskan membawa bendera baru dari rumah untuk sekolah ini,” tegas Tony dengan nada getir.

Tony menilai, sekolah seharusnya menjadi teladan soal penghormatan terhadap simbol negara. Ia khawatir, jika di masa sekolah anak-anak dibiarkan melihat bendera yang rusak, kelak mereka tumbuh tanpa rasa hormat pada nilai kebangsaan.

Namun yang membuat publik terperangah, Kepala Sekolah SMPN 7 Tambang, Drs. Maisal Amri, terkesan mengabaikan himbauan langsung dari Presiden. Bahkan, meski sekolah ini menerima Dana BOS sekitar Rp700 juta per tahun, kenyataannya tak mampu — atau tak mau — mengganti sehelai bendera baru yang harganya tak seberapa.

“Mungkin memang di sinilah peran orangtua yang sesungguhnya. Kalau pihak sekolah tak mau bergerak, orangtua harus turun tangan,” sindir Tony.

Kejadian ini menjadi ironi besar. Di tengah semangat nasionalisme yang seharusnya membuncah jelang 17 Agustus, justru di sebuah institusi pendidikan, simbol negara dibiarkan ternoda. Masyarakat pun bertanya: Apakah rasa hormat terhadap Merah Putih sudah sedemikian murah di mata para pendidik?

KOMENTAR