Gubri Syamuar Minta Paguyuban Masyarakat Solo Riau Jaga Kebersamaan

Inforiau - Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-5 Paguyuban Masyarakat Solo Riau (PAMOR) diikuti Gubernur Riau Syamsuar.
Kegiatan tersebut digelar di pendopo Karang Kedempel PAMOR, jalan Pertanian, Pekabaru, Sabtu (13/08/2022) malam.
Atas nama pribadi dan Pemerintah provinsi Riau, Syamsuar mengucapkan selamat hari jadi ke-5 Paguyuban Masyarakat Solo Riau. Menurutnya, meski umur paguyuban tersebut tergolong sangat muda namun keberadaan masyarakat suku Jawa di Riau sudah ada sejak dulu.
“Alhamdulillah, pada malam ini kita diberikan kesehatan. Pertama sekali kami mengucapkan selamat hari ulang tahun untuk PAMOR yang telah memasuki usia ke lima tahun. Walaupun usia paguyuban ini baru memasuki lima tahun, tetapi keberadaan masyarakat jawa di Riau sudah ada sejak dulu dari zaman kakek nenek,” ucap Syamsuar.
Diungkapkan dia, Provinsi Riau merupakan maskot dari negara Indonesia. Karena masyarakat yang ada di Riau terdiri dari berbagai suku dan agama yang saling menjaga keharmonisannya.
“Karena itulah tentunya kita bersyukur kepada Allah SWT, bahwa keadaan saat ini di Riau sangat harmonis. Saya selalu mengatakan, bahwa Riau ini adalah maskotnya Indonesia karena dari Aceh sampai Papua ada di daerah kita ini,” ungkapnya
Dengan begitu, Syamsuar mengajak masyarakat untuk terus tetap memelihara kekompakan dan persatuan bangsa dengan baik.
"Untuk itulah juga patut kita syukuri, bahwa ini adalah merupakan kewajiban kita bersama untuk memelihara suasana kebersamaan, suasana kekompakan, serta menjaga persatuan bangsa,” harap mantan Bupati Siak dua priode itu.
Sementara, Ketua Umum PAMOR sekaligus Wakil Bupati Kabupaten Bengkalis, Bagus Santoso mengatakan, Paguyuban Masyarakat Solo Riau (PAMOR) merupakan wadah dalam memadukan konsep ekonomi dan budaya.
Menurutnya, dalam paguyuban tersebut diisi oleh orang-orang yang membangun Provinsi Riau melalui profesi masing-masing.
“Di sini bumi Riau kami pijakkan kaki. Di sinilah (Riau) keluarga besar kami mengais rezeki. Kami sangat bahagia bisa turut andil dalam membangun negeri dengan profesi kami masing-masing," ujar Bagus Santoso.
"Leluhur kami memang dari tanah Jawa, tapi kampung halaman kami di sini tanah tuah Melayu. Seperti kata pepatah Tak kan Melayu Hilang di Bumi, Bumi Bertuah Negeri Beradat.” katanya pula.*