Karakter yang Baik

Senin, 22 Agustus 2022 07:14:14 443
Karakter yang Baik
karakter anak-anak yang baik dapat dibentuk sejak dini dengan bimbingan yang baik

OPINI

  • Muhammad Shafwan Sidqi
  • Mahasiswa STEI SEBI

Secara umum karakter adalah serangkaian bentuk pembawaan hati, jiwa, budi pekerti, sifat, perbuatan serta watak. Dalam hal ini, berkarakter bermakna memiliki sejumlah kepribadian, sifat bawaan, watak, serta melakukan pola perilaku dalam bentuk tindakan sosial yang dijalankan. Sedangkan menurut Arief Rachman, karakter yang baik adalah sikap atau perilaku seseorang yang selalu konsisten di jalur yang benar dan baik, meskipun dihadapkan pada situasi yang dilematis.

Baik buruknya karakter sesorang bisa dilihat dari cara orang tersebut berperilaku. Seperti berperilaku terhadap orang yang lebih tua, teman, ataupun guru. Tidak hanya dari itu, karakter seseorang juga dapat dinilai dan dilihat dari bagaimana cara seseorang itu menempatkan dirinya pada sebuah lingkungan atau tempat. Selain itu, seseorang dapat dikatakan berkarakter baik, apabila saat dihadapkan pada permasalahan berat dan dilematis dirinya tetap menempuh jalan yang sesuai dengan norma yang baik dan benar. Jika semua hal tersebut ada pada diri kita, maka dapat dibilang bahwa kita memiliki karakter yang bagus dan baik.

Karakter seseorang akan selalu diuji sepanjang usia masih dikandung badan. Misalnya, saat memasuki masa remaja, seseorang akan dihadapkan pada ujian yang menyangkut eksistensinya di antara teman-teman sebaya akan mengalami dilema. Ketika dihadapkan pada sebuah pilihan yang berat, umpamanya pilih pulang atau ikut tawuran dengan teman-teman. Perumpamaan lainnya adalah memilih bolos sekolah atau tetap mengikuti pembelajaran dengan serius dan antusias.

Karakter yang baik tidak datang dengan tiba-tiba. Karakter yang baik dibentuk oleh dua hal yang mengawalnya. Yakni pola asuh orang tua di rumah dan budaya di luar rumah, seperti budaya di sekolah dan di masyarakat. Keduanya saling mengisi satu sama lain. Pola asuh yang tepat memberi dasar yang kuat. Sedangkan budaya sekolah dan budaya masyarakat yang beradab membekali rasa malu untuk melakukan perilaku yang menyimpang dari norma agama pada diri anggota masyarakat.

Pola asuh dan budaya yang menyebabkan kita menjadi manusia yang beradab. Maka seperti itulah yang harus kita tanamkan, atau setidaknya mulai dijadikan bahan intropeksi.

DAFTAR PUSTAKA

Ukim Komaruddin.2015.Arief Rachman Guru.Esensi Erlangga Group.

KOMENTAR