Merangkul Masyarakat Lawan Si Jago Merah di Kawasan Rentan Karhutla

Jumat, 28 April 2017 10:22:05 807
Merangkul Masyarakat Lawan Si Jago Merah di Kawasan Rentan Karhutla
Jakarta, Inforiau.co - Mari berkenalan dengan Fire Emergency Response Team (FERT) yang merangkul masyarakat untuk menangani karhutla di Riau.
 
Pada 2015, Riau sempat dikepung asap akibat kebakaran lahan dan hutan (karlahut). Imbasnya, asap akibat karlahut merugikan masyarakat setempat dan daerah sekitarnya karena mengganggu aktivitas.
 
Di balik amukan si jago merah, tentunya ada kisah sosok-sosok berjasa dalam mengatasi masalah tersebut. Mari berkenalan dengan Fire Emergency Response Team (FERT) yang dibentuk oleh PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP).
 
Sedikit bercerita, PT RAPP membentuk FERT di bawah Departemen Fire and Aviation untuk mencegah kebakaran di kawasan yang rentan terjadi karlahut. Departemen yang telah berdiri sejak PT RAPP berdiri ini terus berkembang hingga kini.
 
"FERT dibentuk sejak PT RAPP berdiri, sekarang sudah banyak timnya, beda pas masih awal. Awal per sektor sedikit, beberapa orang saja. Kebijakan dari pemerintah sekarang, setiap sektor luasan 20.000 hektare harus punya regu inti sebanyak 15 orang, regu per bantuan, dan regu pendukung," ujar Dedy Surandi, salah satu anggota FERT Pangkalan Kerinci yang ditemui detikcom di acara Indogreen Environment & Forestry Expo 2017 di JCC Senayan, Kamis (13/4/2017).
 
Regu inti adalah tim penanganan karlahut dalam suatu kawasan dengan standar luasan 20.000 hektare. Regu ini terdiri dari 15 orang. Selain itu, ada juga regu perbantuan, yakni karyawan yang bekerja di suatu sektor. Perusahaan juga membentuk regu pendukung, yakni Masyarakat Peduli Api (MPA) yang dibina oleh PT RAPP untuk membantu menangani karhutla.
 
Pembentukan MPA dimaksudkan untuk mengajak masyarakat turut serta mncegah kebakaran. Pasalnya, sebagian kebakaran dipicu oleh pembukaan lahan untuk perkebunan atau tanaman pangan dengan membakar.
 
"Khusus MPA, tim pergi ke desa-desa dan melakukan Nota Kesepahaman dengan kepala desa. Kita adakan pembentukan MPA, diadakan pelatihan. Satu MPA berisi 15 orang. Kita bina dan latih terus. Saat ada kebakaran, mereka yang akan kerja sama dengan kita," tambah Dedy.
 
Desa yang digandeng tersebut akan diberikan bantuan mesin pemadam kebakaran, seperti pompa jinjing, mesin robin, selang, dan fire nozzle. FERT juga memberikan pelatihan cara pengoperasian mesin kepada MPA agar dapat melakukan maintenance.
 
Sebelumnya, FERT berada di bawah naungan Departemen Fire and Safety dalam Divisi Forestry PT RAPP. Anggotanya pun tak sampai 10 orang dan berbekal perlengkapan pemadaman seadanya. Seiring berjalannya waktu di mana karlahut sering terjadi, tim ini menambah jumlah personil dan peralatannya.
 
"Hingga kini ada sekitar 700 orang pemadam kebakaran. Per sektor minimal diisi 10 orang. Sektornya dibedakan per bisnis unit. Misalnya ada Kerinci Fiber, Riau Fiber, Indra Kampar Fiber, dan Dumai Fiber," ungkap Dedy.
 
Ke-700 anggota FERT ini termasuk 630 anggota, 260 pemadam kebakaran terlatih, 39 kelompok pencegah dan pengendalian kebakaran berbasis masyarakat, dan 31 kelompok waspada api di lima daerah di Provinsi Riau.
 
Mengenai penanganan kebakaran, Dedy mengaku bahwa periode terjadinya kebakaran tidak bisa diakumulasi.
 
"Kadang ada potensi kesempatan terbakar, tidak ada periodenya. Ada pemantauan di sektor, selain patrol dari regu inti perlindungan hutan. Kita unduhaplikasi BMKG nanti kasih ke sektor, nanti klarifikasi ke lapangan, lalu ditentukan ada potensi kebakaran atau tidak," jelas Dedy.
 
FERT juga memiliki UAV untuk mendeteksi kebakaran, helikopter dan airboat untuk patrol, pengeboman air, dan 215 pompa air untuk upaya pemadaman.
 
PT RAPP turut merangkul masyarakat untuk menangani masalah karhutla dengan membangun program Desa Bebas Api (Free Fire Village Program/FFVP) yang bertujuan menekan angka karhutla di Riau.
 
Desa Bebas Api yang merupakan program kemitraan dengan pemerintah daerah dan masyarakat untuk pencegahan kebakaran jangka panjang ini telah diresmikan sejak tahun 2013.
 
Melalui program ini, masyarakat dibina untuk membuka lahan tanpa membakar. Jika berhasil mencegah kebakaran lahan, mereka akan mendapatkan insentif.
 
Di tahun 2014 hingga 2016, program ini sukses bekerja sama dengan 9 desa dan berhasil mengurangi area kebakaran hingga 90%. Lalu di tahun 2016, total desa yang bergabung dalam Desa Bebas Api sebanyak 18 desa.
 
Demi mewujudkan Desa Bebas Api, PT RAPP menyediakan alternatif bantuan pembukaan lahan tanpa bakar. Selain itu, dilakukan perekrutan ketua tim desa untuk berkoordinasi dan berkontribusi dalam pengelolaan pencegahan kebakaran.
 
Jika suatu desa mencapai target, yakni tidak terjadi kebakaran, desa juga akan diberikan hadiah Rp 100 juta untuk pembangunan infrastruktur. Dengan merangkul masyarakat, proses penanganan karhutla di Riau mengalami kemajuan. ***
 

KOMENTAR