Rekor, Akhirnya Riau Bebas Kabut Asap

Pekanbaru, inforiau - Pemerintah Provinsi Riau bersama tim Satuan Tugas (Satgas) Penanggulangan Kebakaran Lahan dan Hutan (Karlahut), patut diacungi jempol. INi setelah 18 tahun Riau diselimuti asap dan juga dituding sebagai penghasil asap terbanyak, ternyata di tahun 2016 ini mito tersebut terpecahkan. Untuk pertama kalinya, setelah 18 tahun, negeri ini tidak dibungkus kabus dan tidak dicaci lagi.
Sebagai penanda bahwa bencana kabut asap teratasi di tahun 2016 adalah pencabutan status siaga darurat penanggulangan bencana asap akibat karlahut di Riau Tahun 2016 yang berakhir pada 30 November.
"Alhamdulillah kita bisa mencabut status siaga darurat karlahut lebih awal. Tim satgas juga sudah kita bubarkan sementara," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau, Edwar Sanger, Kamis (24/11/2016).
Kendati demikian, Edwar yang sekaligus menjabat sebagai Plt Walikota Pekanbaru ini mengaku akan tetap mengelar rapat-rapat evaluasi bersama lintas sektoral. Diantaranya, bersama BMKG stasiun Pekanbaru, Badan Lingkungan Hidup (BLH), Dinas Kehutanan, Manggala Agni, TNI AD/AU/AL, Polda Riau, Pemprov Riau dan BPBD kabupaten/kota.
"Kita tetap melakukan evaluasi, bukan berarti dibubarkan seutuhnya. Kita akan tetap pantau," tuturnya.
Sekadar mengingat, sebelumnya Gubernur Riau, H Arsyadjuliandi Rachman telah mengeluarkan Surat Keputusan Nomor Kpts 580/VI/2016 tentang penetapan perpanjangan kedua status siaga darurat penanggulangan bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau Tahun 2016.
Yang mana, sebagaimana dilansir goriau.com, perpanjangan status siaga darurat penanggulangan bencana asap akibat karhutla di Riau sebagaimana dimaksud diktum kesatu berlangsung selama 149 hari terhitung 5 Juni 2016 sampai dengan 30 November.
Dalam SK Gubernur tersebut menerangkan, berdasarkan prediksi kondisi cuaca oleh stasiun Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru, diperkirakan kekuatan El Nino melemah pada bulan Mei hingga Juni 2016 dan pada periode Juli-Agustus diprediksi fase normal. Namun, Juni-September 2016 musim kemarau mewaspadai di wilayah pesisir seperti Rokan Hilir, Dumai dan Bengkalis. Ditambah dengan arah angin pada tenggara hingga selatan menuju utara hingga timur laut dikhawatirkan asap mengarah ke negara tetangga.
Modifikasi Cuaca yang Sukses
Tahun depan antisipasi TMC harus lebih dahulu digerakkan, karena TMC lah yang banyak membantu tahun ini. Dibantu juga dengan kekuatan unsur udara yang begitu masif, baik patroli maupun water bombing," kata Danlanud Roesmin Nurjadin, Marsma TNI Henri Alfiandi dalam rapat koordinasi dan evaluasi penanggulangan bencana karlahut di ruang Kenanga, Kantor Gubernur Riau, Kamis (24/11/2016).
Danlanud Roesmin Nurjadin itu pun menegaskan agar seluruh satuan tugas penanggulangan bencana kebakaran lahan hutan (Karlahut) di Riau tidak cepat berpuas diri, justru semakin mawas diri.
"Kesuksesan ini kita pertahankan, tahun depan lebih baik lagi. Lebih cepat gerakkan TMC untuk memodifikasi cuaca sebelum hujan sungguhannya terjadi," tuturnya.*1/grc