Sawit Itu Bersih Dan Ekspor Indonesia Bergantung Kepada Sawit
Kamis, 26 Mei 2016 22:59:30 1099

Suasana pada saat peluncuran Buku Mitos atau Fakta oleh PASPI di Aula Rektorat Universitas Riau, Kamis kemarin.
Pekanbaru, inforiau.co - Untuk melakukan counter issue terhadap kampanye hitam (black campaigne) terhadap kelapa sawit, Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) meluncurkan sebuah buku yang menunjukkan fakta sebenarnya tentang industri kelapa sawit.
Buku yang berjudul “Mitos vs Fakta: Industri Minya Sawit Indonesia dalam Isu Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Global” menguraikan fakta dan gosip sebenarnya yang terjadi tentang kelapa sawit, khususnya pengembangan kelapa sawit di Indonesia. Kegiatan peluncuran tersebut dilaksanakan di Rektorat Universitas Riau, Kamis (26/5) dihadiri oleh akademisi, mahasiswa, LSM, dan stake holder yang berkaitan dengan industri sawit.
Direktur Eksekutif PASPI, Dr. Tungkot Sipayung menyebutkan bahwa banyak mitos atau cerita yang tidak benar yang selama ini berkembang tentang kelapa sawit ini. Cerita tersebut berhembus kencang terutama di negara-negara non penghasil minyak sawit yang notabene tidak mengetahui proses industri minyak sawit tersebut. Dalam buku tersebut, dia menyebutkan bahwa kelapa sawit tidaklah berseberangan dengan berbagai kepentingan baik itu issue lingkungan, sosial dan ekonomi.
"Isu miring tentang kelapa sawit ini banyak dialamatkan ke sektor lingkungan hidup. Disebutkan bahwa Kelapa sawit tidak ramah lingkungan, menyebabkan kekeringan, dan lainnya padahal itu tidak benar sepenuhnya. Terutama, jika kita bandingkan dengan komoditas nabati lainnya seperti kedelai, tebu, biji bunga matahari, dan lainnya. Masih banyak komoditas nabati lainnya yang lebih tidak ramah lingkungan," ucap Tungkot.
Isu tentang minyak sawit yang boros air menurut buku tersebut adalah mitos. Dari penelitian yang dimuatdalam Journal Ecological Economics menemukan bahwa kelapa sawit termasuk paling hemat air (setelah tebu). Ditambah Tungkot lagi, seharusnya kita sebagai rakyat Indonesia berterimakasih kepada kelapa sawit karena kelapa sawit termasuk salah satu sumber ekspor yang menyelamatkan net ekspor Indonesia dalam 2 tahun terakhir.
"Ketika ekspor migas dan non migas (diluar kelapa sawit), menurun tajam, kelapa sawit terus memperlihatkan tren positifnya. Untuk itu, kita harus yakin bahwa kelapa sawit adalah komoditi yang harus kita pertahankan," tegas Tungkot.
Dua panelis yang memberikan tanggapan terhadap peluncuran buku tersebut yaitu Dr Almasydi Syahza dan Prof. Dr Hasan Basri Jumin sangat mengapresiasi kehadiran buku ini. Menurut mereka, kekurangan Indonesia selama ini adalah kurangnya karya ilmiah yang dapat mendukung sektor ekonomi kita. Menurut Almasydi Syahza, Kelapa sawit telah menumbuhkan ekonomi Indonesia khususnya di Riau. Banyak kawasan ekonomi baru yang tumbuh di Sumatera ini akibat pengembangan kelapa sawit ini.
“Kita yakin, jika pengembangan kawasan ekonomi baru ini kita letakkan ke pundak dana APBD dan APBN, maka saya yakin kawasan tersebut takkan terbentuk. Untuk itu, saya kira ke depannya kelapa sawit ini harus kita kembangkan. Baik dari sisi profesionalitas pengembangannya maupun menepis issue-issue miring tersebut”terang Almasydi.
Selain itu, Prof Dr. Hasan Basri Jumin, menyarankan buku ini dialihbahasakan ke berbagai bahasa internasional dan terus dikembangkan untuk menepis isu baru.
Ketua Gabungan Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Riau, Saut Sihombing, mengapresiasi kehadiran buku hasil terbitan PASPI ini. Menurutnya, hasil penelitian dari peneliti PASPI ini turut menambah referensi pengelolaan industri sawit yang ramah baik dari sisi lingkungan, sosial dan ekonomi. Dia juga menambahkan bahwa sebenarnya para pelaku industri kelapa sawit telah menyepakati dua ratifikasi yaitu sertifikasi Rountable Suistainable Palm Oil (RSPO) dan Indonesia Suistainable Palm Oil (ISPO).
“Kedua sertifikasi ini (RSPO dan ISPO) ini mengikuti kaidah pengelolaan industri dunia baik itu dari segi ekonomi, sosial dan lingkungan. Dan sebagai catatan, sata-satunya komoditi minyak nabati yang bersertifikasi (bahkan dua) adalah kelapa sawit. Sedang seperti kedelai, biji bunga matahari, tebu, kelapa dan lainnya belum memiliki sertifikasi yang sesempurna kelapa sawit ini”terang Saut.
Disamping kegiatan peluncuran buku tersebut. Juga diadakan milad Fakultas Pertanian UR dan Launching Forum Dosen Peneliti Sawit dan Mahasiswa Peminat Sawit Riau. MT