Seperti Ini Trauma yang Dialami Siswa Madrasah di Desa Wadas

Sabtu, 12 Februari 2022 19:18:27 211
Seperti Ini Trauma yang Dialami Siswa Madrasah di Desa Wadas
Desa Wadas

Jawa Tengah - Siswa Madrasah Diniyah Hidayatul Islamiyah (MHI) di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Purworejo belum berani kembali bersekolah. Anak-anak masih takut setelah melihat pengerahan personel polisi dalam jumlah banyak pada 8 Februari 2022.

Lokasi Madrasah Hidayatul Islamiyah berada di belakang Masjid Nurul Huda, Dusun Krajan, Desa Wadas. Masjid ini sempat “dikepung” polisi, menyebabkan puluhan ibu-ibu dan lansia terjebak berjam-jam di dalamnya.

Menurut salah seorang warga Wadas, Ngabdul Mukti, pihak pengurus hari ini tidak meliburkan sekolah. Tapi siswa memilih tetap di rumah karena belum berani ke madrasah.

Padahal kata Mukti, biasanya setiap sore sekitar 100 anak-anak berangkat mengaji ke madrasah. “Hari ini murid tidak masuk bukan kami dari lembaga yang meliburkan. Anak-anak sendiri yang masih trauma,” kata Mukti, Sabtu (12/2/2020).

Efek pengerahan personel polisi dalam jumlah banyak kemarin, masih membekas bagi anak-anak. “Aparat membawa senjata lengkap, anjing pelacak, juga pasukan yang begitu banyaknya. Padahal warga kami hanya 7 RT,” ujar Mukti seperti dimuat Suara.com.

Rumah-rumah di dekat Masjid Nurul Huda kebanyakan masih kosong. Sebagian sudah mulai pulang ke rumah, sebagian masih mengungsi ke rumah sanak famili di luar desa.

Lingkungan masjid Nurul Huda sempat dijadikan tempat berkumpul aparat, pasca pengerahan ratusan polisi ke Desa Wadas pada 8 Februari 2020. Hingga hari ini, rumah Kiyai Nur yang berada di samping masjid terlihat masih kosong.

Mukti mengatakan, Kiyai Nur masih mengungsi di luar desa. Selain tokoh masyarakat, Kiyai Nur juga menjabat Kepala Madrasah Diniyah Hidayatul Islamiyah (MHI).

“Padahal itu rumah salah satu tokoh atau kiyai disini. Karena efek trauma yang sangat begitu (kuat). Beliau mengungsi ke luar desa,” kata Mukti.

Selain meninggalkan trauma, warga yang ditangkap pada insiden 8 Februari mengaku telepon genggam mereka masih ditahan polisi.”Tadi menurut LBH Ansor sudah koordinasi dengan Kapolda Jateng. Warga yang kemarin ditahan dan HP-nya disita belum dikembalikan.”

Terkait perbedaan sikap warga Desa Wadas dalam menerima atau menolak proyek pertambangan batu andesit, Mukti menganggapnya biasa saja. Menurut dia, perbedaan pendapat adalah hal lumrah.

“Namanya juga mempertahankan hak masing-masing. Bagi kami nggak masalah. Bahkan yang diisukan mereka (warga pendukung proyek pertambangan) dapat intimidasi dari kami, tidak ada sama sekali,” ujar Mukti.*

KOMENTAR