Terkendala Anggaran Personil
Selasa, 31 Mei 2016 20:51:50 925

Prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Pemadaman Kebakaran Lahan dan Hutan di Riau.
Pekanbaru, inforiau.co - Konsep penanganan Karlahut di Riau yang ditawarkan Satgas mendapat apresiasi oleh pusat dan layak dicontoh. Akan tetapi sulit terealisasi karena keterbatasan anggaran.
Satgas Darurat Kebakaran Lahan dan Hutan (Karlahut) Provinsi Riau kembali menggelar rapat koordinasi pencegahan Karlahut Riau tahun 2016, di Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Senin (30/5). Hadir dalam kesempatan itu, Danrem 031 Wirabima Brigjen TNI Nurendi MSI (Han), Kepala BPBD Riau Edwar Sanger, Karo Ops Polda Riau Kombes Hafid, Kepala BMKG Pekanbaru Sugarin, Kepala Pusat Pengedalian Pembangunan Ekoregiaon Sumatera Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup Amral, serta jajaran Satgas lainnya.
Dalam kesempatan ini Komandan Satgas Karlahut Riau, Brigjen TNI Nurendi memaparkan konsep penanggulangan Karlahut Riau. Dimana konsep itu telah ditandatangani Forkompinda Riau dan disetujui oleh Pangdam Bukit Barisan, Mayjen TNI Lodewyk Pusung. Namun dalam menerapkan konsep pencegahan Karlahut ini pihaknya mengalami kendala dana akomodasi prajurit. Sebab, dalam konsep melibatkan 3.839 prajurit yang disebar di 64 titik kuat. Dengan titik kuat tersebut, maka celah masyarakat untuk membakar lahan dan hutan akan dapat diakomodir, sebab titik kuat yang disebar di daerah rawan Karlahut di 12 kabupaten dan kota.
"Ke 64 titik kuat itu sudah saya petakan di 12 kabupaten dan kota. Kampar 7 titik kuat, Rohil 3 titik kuat, Rohul 4 titik kuat, Dumai 3 titik kuat, Bengakalis 3 titik kuat, Meranti 4 titik kuat, Siak 3 titik kuat, Pekanbaru 6 titik kuat, Kuansing 3 titik kuat, Inhil 10 titik kuat, Pelalawan 11 titik kuat dan Inhil 7 titik kuat," terangnya.
"Konsep ini sudah saya paparkan di Mabes TNI, dan diapresiasi. Bahkan konsep ini harus diterapkan oleh provinsi lainnya yang mengalami bencana Karlahut. Tapi masalahnya saya belum bisa menerapkan di Riau, karena terkendala anggaran," katanya.
Diterangkan Danrem, saat ini dirinya hanya bisa menerjunkan dua SSK atau sebanyak 200 prajurit. Sebab untuk mengisi 64 titik kuat itu harus membiayai sebanyak 3.839 prajurit. Persoalan lain, hingga saat ini belum ada satu pun yang bisa menjamin biaya akomodasi 3.839 prajurit tersebut, termasuk pemerintah daerah. "Alhasil di sana sini masih ada celah. Jadi sangat logis kalau sampai saat ini masih terjadi kebakaran. Karena banyak daerah rawan Karlahut tidak termobilisasi semua. Saya harap ini menjadi perhatian pemerintah daerah, kalau saya turunkan semua prajurit mau dikasih makan apa mereka, tak mungkin mau tugas minta-minta, dan tak mungkin juga mereka puasa saat tugas," ujarnya.
Masih kata Danrem, 3.839 personel itu terdiri dari TNI, Polri, Menggala Akni, Masyarakat Peduli Api dan BPBD yang disebar di 12 kabupaten/kota dengan rincian, Korem 100 personel, Pekanbaru 643 personel, Inhu 167 personel, Kuansing 109 personel, Kampar 300 personel, Pelalawan 600 personel, Rohul 200 personel, Bengkalis140 personel, Meranti 24 personel, Siak 80 personel, Inhil 381 personel, Dumai 113 personel dan Rohil 982 personel.
Disamping itu, Danrem mengatakan Karlahut persoalan serius, semua unsur bertanggungjawab. Apalagi Presiden telah menegaskan akan mencopot Pangdam, Danrem, Kapolda yang tak bisa menuntaskan persoalan Karlahut. "Kalau Presiden sudah menegaskan seperti itu, artinya ini perlu keriusan dan semangat kita mengatasi Karlahut. Jadi semua kita harus terlibat, sampai perangkat desa juga harus bertanggungjawab," tegasnya.
Pertemuan itu Satgas Karlahut Riau belum membahas perpanjangan status darurat Karlahut. Padahal pada 4 Juni nanti status darurat akan habis. Namun Komandan Satgas berjanji usai melakukan rapat koordinasi pihaknya akan melakukan rapat penambahan status darurat Karlahut Riau tahun 2016 bersama Pemprov Riau.
Juni-September Riau Elnino
Sementara itu Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Sugarin mengatakan berdasarkan pantauan Satelit NOAA diperkirakan Riau akan menghadapi elnino selama empat bulan, dari Juni sampai September. "Perkiraan cuaca kita agak aneh. Meski di Riau tidak terjadi kebakaran lahan dan hutan, tapi Riau bisa berpotensi kabut asap kalau provinsi tetangga terjadi kebakaran. Sebab angin dari Selatan mengarah ke Utara, dan kondisi ini perlu diwaspadai," kata Sugarin, Senin (30/5).
Meski demikian, lanjut Sugarin, diperkirakan Juni-Juli cuaca di Riau semakin panas, namun elnino sedikit melemah jika dibandingkan tahun lalu. Disamping itu, Sugarin memaparkan perbandingan jumlah hotsport dua tahun terakhir, 2014, 2015 sampai Mei 2016. Dimana terjadi penurunan hotsport yang signifikan. Berdasarkan pantauan Satelit NOAA, Januari 2014 jumlah hotsport 50 titik, 2015 ada 122 titik dan 2016 ada 4 titik.
Februari 2014 jumlah hotsport ada 1272 titik, 2015 ada 176 titik, 2016 ada 22 titik. Maret 2014 ada 1122 titik, 2015 ada 185 titik, 2016 ada 54 titik. Lalu April 2014 jumlah hotsport ada 50 titik, 2015 ada 45 titik dan 2016 ada 33 titik. Selanjutnya Mei 2014 hotsport ada 104 titik, 2015 ada 74 titik dan 2016 ada 21 titik.
"Dari hasil pantauan tersebut sudah jelas, penurunan hotsport Karlahut di Riau cukup tinggi. Semua itu karena kerja keras semua pihak. Namun tahun ini kita tetap waspada, karena Riau akan menghadapi elnino panjang," tandasnya. AMN