Catatan Saidul Tombang

Selasa, 07 Juni 2016 08:22:00 1319
Catatan Saidul Tombang
saidul Tombang

Pekanbaru, inforiau.co - Pemerintah Kota Pekanbaru harus belajar dari kegagalan kerja sama dengan PT Multi Inti Guna (MIG). Perusahaan yang dipercaya sebagai pengelola sampah karena memenangkan tender senilai Rp53 miliar tersebut, ternyata dinilai melakukan wanprestasi alias ingkar janji. Imbasnya, selama lima hari ini, masyarakat Pekanbaru harus hidup berdampingan dengan sampah yang menumpuk dan menggunung di setiap sudut kota.

Persoalan sampah di Pekanbaru sebenarnya menjadi kasus langka. Sebab, hampir saban tahun kota ini selalu berlangganan dengan Piala Adipura, sebuah supremasi atas kinerja kebersihan dan pengelolaan lingkungan terbaik di Indonesia. Dalam sejarahnya, sangat jarang terjadi gunungan sampah-sampah itu. Di zaman Firdaus menjadi wali kota, gunungan sampah hanya terjadi saat di awal menjabat, terutama di masa transisi pemerintahan, dan beberapa waktu belakangan ini. Di zaman Herman Abdullah sebagai wali kota pun, kasus sampah menggunung ini boleh dikata sangat jarang terjadi.

Di zaman Firdaus, sebenarnya pengelolaan sampah sudah sangat bagus di awal-awalnya. Saat dia mulai menjabat, kondisi Pekanbaru memang sangat kotor. Di tahun pertama Piala Adipura tak singgah di Pekanbaru. Namun kemudian dia bergerak dan mengelola lingkungan Pekanbaru secara baik dan cerdas. Hasilnya, secara berturut-turut Piala Adipura kembali diraih.

Namun, kemudian Firdaus melakukan sebuah lompatan besar di bidang pengelolaan sampah. Dia sangat ingin persampahan dan lingkungan kota ini dikelola secara modern. Bukan hanya soal sistem pengangkutan, tapi juga dalam pengelolaan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA). Firdaus bercita-cita supaya sampah yang disurvei mencapai 650 ton per hari itu juga bisa berdaya guna, yaitu sebagai pembangkit tenaga listrik.

Sudah ada daerah yang mencobanya, dan berhasil. Pekanbaru, dengan sumber daya sampah yang besar itu, ditambah dengan sampah dari daerah hinterland yang kalau diakumulasi bisa berjumlah 1 ton per hari, akan menghasilkan daya listrik yang lumayan banyak. Bila listrik dari sampah ini berhasil memijarkan api, maka listrik Pekanbaru akan melimpah. Karena, selain sudah ada PLTU yang sudah hampir selesai dibangun, kini juga sedang digesa pembangunan PLTU dengan kekuatan dua kali lipat, ditambah lagi dengan pembangkit baru dari tenaga gas. Prediksi Wali Kota, Pekanbaru akan surplus daya listrik.

Pengelolaan sampah ini seperti pepatah ‘’sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui’’. Dengan jiwa entrepreneurship-nya, Firdaus bertekad untuk menghemat APBD. Sampah yang selama ini membebani APBD, ditargetkan justruk akan mendatangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Caranya? Ya, dengan swastanisasi sampah. Langkah pertama yang dimulai adalah pengelolaan jalur distribusi sampah itu.

Pemerintah kemudia melakukan tender investasi. Hasilnya, PT MIG keluar sebagai pemenang. Nilai kontraknya tak tanggung-tanggung; Rp53 miliar.

Baru beberapa bulan berjalan, PT MIG mulai berulah. Karyawannya mogok pada April lalu. Dua hari tak kerja, sampah menggunung. Kemudian dicari jalan keluar, karyawan pun kembali bekerja, sampah pun kembali diangkut. Namun pas di awal Ramadan, PT MIG kembali berulah. Karyawannya mogok dan mereka tak bisa mengatasinya. Finally, Wali Kota pun tak dapat menyembunyikan kekecewaannya, kontrak dengan PT MIG langsung diputus, tus, tus…

Apa episode selanjutnya? Kemungkinan pertama, PT MIG akan melawan. Belajar dari kasus kerja sama Pemko Pekanbaru dengan PT KTDP yang mengelola air minum dulu, Pemko Pekanbaru kalah. Kemungkinan kedua, swastanisasi sampah akan back step alias mundur. Niat pemerintah untuk mengajak kerja sama perusahaan swasta lokal tentu saja akan memakan waktu.

Apapun yang terjadi, yang pasti kini persoalan pengelolaan sampah di Pekanbaru adalah catatan buruk bagi pemerintah saat ini. Selain tidak mendapatkan mitra yang baik, Pemko juga sudah kehilangan sebagian mimpinya, paling tidak mimpinya tertunda jadi kenyataan.

Memang, Pak Wali Kota, niat baik dan rencana besar tidak harus datang secara mulus. Banyak kendala yang harus dihadapi. Satu yang pasti, yakin dengan cita-cita, mantapkan strategi, jangan terbius lama oleh persoalan yang ada.***

KOMENTAR