Hitung-hitungan Untung Rugi Harga Minyak Mentah Dunia Naik

Selasa, 01 Maret 2022 21:36:46 229
Hitung-hitungan Untung Rugi Harga Minyak Mentah Dunia Naik
Ilustrasi

Jakarta - Harga minyak mentah dunia telah melambung dan melewati harga US$ 100/barel. Akibatnya harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) turut terkerek.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, per tanggal 24 Februari 2022 ICP sebesar US$ 95,45/barel.

Nilai ini jauh lebih tinggi dari asumsi Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2022 sebesar US$ 63/barel. Bahkan bukan tidak mungkin ICP akan menyentuh US$ 100/barel karena harga minyak acuan dunia terus merangkak naik.

Andai harga minyak benar-benar menyentuh US$ 100/barel, apa dampaknya buat Indonesia? Apakah Indonesia untung atau malah rugi?

Perlu dicatat, kenaikan ICP ini akan berdampak kepada APBN baik di sisi pendapatan maupun belanja negara.

Dari sisi pendapatan, ICP akan berpengaruh langsung terhadap pendapatan negara yang berbasis komoditas migas yaitu pajak penghasilan (PPh) migas dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) SDA migas. Pendapatan negara pun bisa meningkat.

Namun, secara tidak langsung kenaikan ICP juga akan berdampak lebih luas terhadap ekonomi Indonesia. Ini karena minyak mentah diolah untuk membuat bahan bakar minyak (BBM) sehingga secara langsung akan mempengaruhi harga suatu barang.

Di sisi lain, kenaikan ICP pun akan berdampak terhadap kenaikan belanja negara. Hal ini terkait dengan subsidi energi khususnya BBM dan LPG. Selain BBM dan LPG, belanja negara yang akan ikut terkerek adalah dana bagi hasil (DBH), anggaran pendidikan, dan kesehatan.

Dalam dokumen Nota Keuangan dan APBN 2022, setiap kenaikan harga minyak rata-rata US$ 1 dari asumsi akan berdampak positif (dengan catatan seluruh asumsi lainnya dianggap tetap atau ceteris paribus).

Belanja negara akan naik Rp 2,6 triliun tetapi pendapatan negara naik lebih tinggi yaitu Rp 3 triliun. Dengan demikian secara neto ada 'keuntungan' Rp 400 miliar.

Asumsi harga minyak dalam APBN 2022 adalah US$ 63/barel. Jika rata-rata harga minyak sepanjang tahun ini bisa US$ 100/barel, maka ada selisih US$ 37/barel.

Kalau setiap kenaikan US$ 1 bisa menambah pundi-pundi kas negara sebesar Rp 400 miliar, maka selisih US$ 37/barel akan membuat APBN yang dikelola Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati 'cuan' Rp 14,8 triliun.

Rinciannya pendapatan negara akan naik sebesar Rp 111 triliun dan belanja negara akan meningkat Rp 96,2 triliun.*

KOMENTAR