Kepri Waspadai Masuknya Virus Demam Babi Afrika

Jumat, 04 Oktober 2019 14:39:38 333
Kepri Waspadai Masuknya Virus Demam Babi Afrika
Petugas Karantina tengah memeriksa barang bawaan penumpang di Bandara Hang Nadim Batam

Batam, INFORIAU.co - Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) melakukan upaya pengawasan dan pencegahan masuknya virus ASF (African Swine Fever) atau demam babi Afrika ke Indonesia.

Pasalnya berdasarkan laporan dari Organisasi Kesehatan Hewan Dunia atau OIE hampir semua negara di benua Asia sudah terkena diantaranya Mongolia, Vietnam, Kamboja, Hongkong , Korea Utara, Laos, Myanmar, Philipina dan yang terbaru adalah Timor Leste.

"Di sini kita punya peternakan babi besar, ekspornya tahun lalu mencapai 271.000 ekor, tentunya ini menjadi ancaman serius terhadap virus tersebut," kata Agus Sunanto, Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, Barantan saat memberikan sambutan pada Rapat Koordinasi Pengawasan dan Pencegahan Pemasukan Penyakit ASF ke Indonesia di Batam, Rabu (2/10/2019) lalu.

Koordinasi tersebut terutama dilakukan guna mengantisipasi masuk dan tersebarnya virus ASF tersebut lewat lalulintas orang dan barang, baik melalui pelabuhan resmi maupun pelabuhan yang belum diawasi terutama di wilayah Kepulauan Riau dan Selat Malaka.

"Dalam hal ini Barantan menggandeng semua unsur pemerintah pusat dan daerah, bahkan otoritas karantina Singapura dan Malaysia untuk bersama mencegah meluasnya wabah penyakit ASF tersebut," ujarnya.

Menurut Agus, virus ASF sendiri disebabkan oleh virus DNA genus Asfivirus, familia Asfaviridae dapat berakibat pada kesakitan dan kematian atau mortalitas pada ternak babi hingga mencapai tingkat 100 persen.

Ia juga menambahkan, penyakit ASF di dua berbagai negara saat ini dapat berdampak pada aspek sosial dan ekonomi di Indonesia. Kematian akibat ASF akibat virus (virulensi moderate) 30-70 persen hingga 100 perseb dari populasi.

"Angka tersebut tentunya sangat merugikan petani atau peternak kita, juga berakibat fatal untuk nilai ekspor secara nasional," tegasnya.

Barantan sendiri tambahnya melakukan upaya pengawasan lalulintas komoditas pertanian atau media pembawa dan juga makanan sisa dan sampah dari luar negeri di pelabuhan dan bandara yang sudah di tetapkan.

"Untuk wilayah Kepri ada tiga unit kerja yang melakukan pengawasan yaitu Karantina Batam, Karantina Tanjungpinang dan Karantina Tanjung Balai Karimun," ujarnya lagi.

Dari tiga unit kerja ini meliputi wilayah kerja Pelabuhan Tanjung Balai Karimun, Tanjung Batu, Moro, Parit Rempak. Pelabuhan Sri Bintan Pura, Sri Payung Batu Enam.

Sedangkan di Bintan yakni di pelabuhan Sri Bayintan Kijang, Tanjung Uban, Pulau Bulan, Lagoi, Pelantar II. Sedangjan di Batam di pelabuhan Batu Ampar, Telaga Punggur, Sekupang, Batam Centre, dan Harbour Bay.

"Kami juga melakukan pengawasan di Bandara Raja Haji Fisabilillah, Hang Nadim serta Kantor Pos Tanjungpinang dan Batam," katanya.

Menurutnya, penyebaran virus ASF dapat melalui daging, produk olahan daging babi yang diproses dengan pemanasan yang tidak cukup.

Juga melalui sisa-sisa katering dan sisa makanan bawaan penumpang dan awak kabin dalam alat angkut transportasi internasional baik moda kapal laut ataupun pesawat udara yang diolah dan dijadikan sebagai campuran pakan.

"Virus ASF juga dapat terbawa oleh peternak atau petugas kesehatan hewan yang terkontaminasi seperti sepatu, baju dan lain-lain," tuturnya.

Menurut Agus, upaya pengawasan yang dilakukan Barantan tentu harus di lakukan bersama-sama oleh semua pihak. Oleh karenanya ia berharap semua komponen baik lingkup bandara dan pelabuhan, serta Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan juga turut berperan aktif.

"Terutama pengawasan di pintu-pintu yang tidak diawasi, ini sangat berisiko," ungkapnya.

Sementara itu Donni Muksidayan, Kepala Karantina Tanjungpinang, menjelaskan bahwa jumlah pintu masuk yang tidak diawasi atau jalur ilegal di Kepri, jumlahnya mencapai ratusan pelabuhan.

Meski sering dilakukan operasi bersama Patuh Karantina yang melibatkan berbagai unsur di pelabuhan, namun lokasi-lokasi tersebut tetap kerap dijadikan lokasi distribusi barang dan orang antar pulau bahkan dari luar negeri.

"Lokasi tersebut diantaranya Pelabuhan Dompak Lama, Pelabuhan Sei jang, Pelabuhan Sei Kecil, dan Pelabuhan Barek Motor," uangkapnya.

Oleh karena itu ia berharap, kerjasama dengan instansi terkait agar menertibkan aktifitas tersebut demi mencegah masuknya hama penyakit terutama dari luar negeri seperti ASF yang kini tengah mewabah.

Menurutnya perlu juga adanya kesadaran masyarakat bahwa membawa makanan yang berpotensi membawa virus ASF juga harus diwaspadai.

"Jadi kalau mau bawa makanan, lengkapi dokumennya, pastikan aman, atau tidak sama sekali, resikonya tinggi," pungkasnya.

KOMENTAR