Menteri Negara ASEAN Bertemu Respon Kenaikan Harga Pangan

Kamis, 19 Mei 2022 06:02:00
Menteri Negara ASEAN Bertemu Respon Kenaikan Harga Pangan
Lambang ASEAN

Inforiau - Para menteri ekonomi ASEAN memutuskan meningkatkan kerja sama untuk menjaga ketahanan pangan di tengah sejumlah tantangan global. Langkah ini diyakini bisa strategis bisa mengurangi ketergantungan negara-negara ASEAN terhadap dunia luar.

Hal itu merespons peningkatan proteksionisme di negara-negara untuk menjaga ketersediaan di dalam negeri. Di tengah lonjakan harga pangan saat ini. Seperti, larangan ekspor gandum yang sementara ini diberlakukan oleh India.

Demikian disampaikan Menteri Perdagangan Kamboja Pan Sorasak saat Konferensi Pers Pertemuan Khusus Para Menteri Ekonomi ASEAN (AEM Special Meeting, 17-18 Mei 2022) di Bali, ditayangkan akun Youtube Kementerian Perdagangan. Menteri Pan yang juga Ketua AEM memberi pernyataan soal pertemuan para menteri, bersama Menteri Perdagangan (Mendag) RI Muhammad Lutfi dan Deputy Secretary-General for ASEAN Economic Community (AEC) Satvinder Singh.

Menteri Pan mengatakan, ASEAN yang beranggotakan 10 negara dengan level kemampuan berbeda. Pertemuan kali ini, kata dia, membahas upaya untuk bekerja bersama lebih dekat lagi dan saling melengkapi.

"Saya yakin dengan meningkatkan lagi perdagangan intra-ASEAN bisa meningkatkan kecukupan/ ketersediaan dan melebihi ekspektasi. Saat ini, kita ekspor lebih banyak ke luar. Dengan meningkatkan perdagangan di dalam ASEAN itu sendiri. Saya yakin bisa membuat kita semakin kuat," kata Menteri Pan, Rabu (17/5/2022).

Proteksionisme, lanjut dia, adalah satu hal lain.

"Tapi keyakinan ASEAN akan pluralisme dan akan kerja sama regional, menghormati prinsip WTO. Dan, itu yang kita usahakan saat ini dan akan menghormatinya," kata Menteri Pan.

Sementara itu, Mendag Lutfi menambahkan, meningkatnya proteksionisme merupakan isu yang dihadapi oleh semua pihak. Karena itu, ujarnya, komitmen dalam pertemuan kali ini adalah untuk memastikan terjaminnya pasokan di dalam ASEAN.

"Komitmen jari ini adalah bagaimana kita bisa saling bertukar surplus masing-masing, memastikan bahwa yang tidak memiliki bisa menjadi memiliki. Seperti Kamboja dan Vietnam yang menawarkan beras untuk memproteksi industri beras Kamboja, Vietam, dan Laos. Kami juga akan menawarkan pasokan pupuk. Perdagangan barang yang bisa dilakukan di antara kita," kata Lutfi.

"Intinya, kami membahas isu ini. Ini adalah bagian dari ketahanan pangan, ketahanan pasokan. Kami juga membahas berbagai tindakan perdagangan dengan para mitra," lanjutnya.

Lutfi mengatakan, pertemuan itu juga menyoroti sejumlah tantangan global, seperti sistem perdagangan multilateral yang kehilangan arah karena tidak berjalan sesuai keadaan di WTO.

"Juga tantangan akibat perang dan climate change yang menyebabkan harga-harga semakin tinggi. Tahun 80-an kita punya banyak inisiatif, soal pabrik bersama untuk mengatasi kekurangan. Kita akan menghadapi tantangan ini bersama, salah satunya bagaimana menyikapi dengan produksi bersama," kata Lutfi.*

KOMENTAR