Sang Syahid Fillah Anak Jati Kampar

Senin, 10 Oktober 2016 10:11:29 1468
 Sang Syahid Fillah Anak Jati Kampar

Sebelum duka ini bermula, banyak di antara kita yang tidak kenal dengan beliau secara personal, termasuk saya sendiri. Namun ketika duka melanda, semua kita merasa memilikinya, semua kita merasa kehilangan.
Namanya Ridho Alhafidz, mahasiswa di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir. Pemuda asal Kecamatan Tambang, Kampar, ini sudah tiga tahun menetap di Negeri Piramid tersebut. Sebagai kiblat ilmu agama, Mesir memang menjadi pilihan sejak lama dari alumni Pondok Pesantren Islamic Center Alhidayah Kampar. Tapi, itulah, nasib berkehendak lain. Ridho akhirnya berpulang dalam sebuah kecelakaan di pinggir kota Kairo pertengahan minggu lalu.
Beginilah rasanya kehilangan orang yang kita harapkan jadi pelita negeri suatu saat kelak. Ketika kita berharap, sentuhan tangan orang-orang seperti almarhum dapat membimbing kita dan anak cucu kita nantinya. Namun,.sang Khalik berkata lain, beliau telah mendahului kita. Hati terenyuh, jiwa gundah gulana, dan perasaan menggalau.
Kehilangan generasi seperti ini (mungkin) tidak akan kita rasakan seperti kehilangan yang lainnya. Bahkan sekaliber pejabat sekalipun. Melihat wajah foto masa lalu-nya membuat kita diam terpaku seakan kita kehilangan keluarga inti. Begitulah khusnul khatimah almarhum yang kita rasakan.
Banyak i'tibar dan hikmah yang dapat kita ambil untuk hal ini. Ternyata, tidak perlu menunggu tua untuk memenuhi panggilan Illahi Rabbi. Muda pun bisa jadi pilihan.
Satu lagi yang harus kita sepakati bersama. Di sini kita lahir, di sini kita tumbuh besar. Di bumi manapun kita bisa menghadap Ilahi Rabbi. Namun, satu yang kita wasiatkan kepada ahli waris, disini kita lahir, DISINI juga kita dikebumikan. Silahkan di belahan bumi manapun kita berpulang, namun bumi pertiwi kampar harus menjadi tempat peristirahatan terakhir. Apalagi kalau hanya Pekanbaru, atau Riau.
Marilah kita balik kampung, dalam keadaan apapun. Ketika kita hidup, kita suburkan bumi kampar dengan karya dan pengabdian. Ketika kita meninggal kita suburkan bumi kampar dengan tubuh kita.
Ini menjadi panggilan kita sebagai anak jati negeri. Jangan remehkan panggilan bumi pertiwi.
Salam takzim saya buat kita semua yang telah memperlihatkan rasa persaudaraan, dan salam doa saya buat almarhum agar mendapat ketenangan disisi Ilahi rabbi. Dan salam hormat buat sang ahli waris. Rangkailah senyum dan haru mu, karena yang kehilangan bukan bapak/ibu saja, yang mendoakan bukan bapak/ibu saja. Kita semua. MWD
Pekanbaru, 08 - 10 - 2016
Wassalam

KOMENTAR