Perlawanan "Netizen" Lahirkan Masyarakat Anti-"hoax"

Senin, 09 Januari 2017 08:09:10 1943
Perlawanan
Ilustrasi

JAKARTA, inforiau — Sejumlah pegiat media sosial dan anggota masyarakat sipil melakukan deklarasi Masyarakat Indonesia Anti-Hoax dan sosialiasi soal dampak negatif hoax.

Deklarasi ini menanggapi maraknya peredaran berita palsu alias hoax di media sosial di Indonesia belakangan ini.

Kegiatan yang diadakan di tengah keramaian Car Free Day di Jalan Thamrin, Jakarta, Minggu (8/1/2017),ini diharapkan bisa menarik minat masyarakat agar memakai media sosial secara positif dan tidak menyebarkan berita palsu.

"Harapannya, banyak yang akan tergerak bergabung dalam inisiatif memerangi hoax di masa depan, bisa melalui media, ormas, dan jalur-jalur lain," ujar Ketua Masyarakat Indonesia Anti Hoax, Septiaji Eko Nugroho, saat dijumpai KompasTekno di sela acara.

Septiaji mengatakan, inisiatif Masyarakat Indonesia Anti Hoax awalnya bermula dari perlawanan netizen Tanah Air yang berupaya memerangi hoax secara sporadis dengan membentuk grup-grup anti-hoax di media sosial.

Beberapa grup yang lahir karena gerah dengan maraknya hoax, antara lain Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci. Empat grup ini semuanya terdapat di Facebook.

Gerakan yang mulai bergulir ini lantas disatukan dalam wadah komunitas Masyarakat Indonesia Anti Hoax untuk melebarkan jangkauan hingga turut mencakup ranah online, dengan kegiatan, seperti sosialisasi dan workshop soal perlawanan terhadap hoax.

Komunitas Masyarakat Indonesia Anti Hoax tersebar dan aktif di berbagai daerah lain di Indonesia. Selain Jakarta, deklarasi Masyarakat Anti Hoax dan sosialisasi turut digelar serentak pada hari yang sama di Surabaya, Semarang, Solo, Wonosobo, dan Bandung.

Lebih lanjut, Septiaji menerangkan bahwa komunitas Masyarakat Indonesia Anti-Hoax di masing-masing daerah bergerak secara independen sesuai dengan pendekatan yang diperlukan.

"Jadi, misalnya di Yogyakarta pendekatannya lebih mengarah ke budaya, Surabaya lebih ke akademis. Semuanya beroperasi independen, kami hanya koordinasi," jelasnya.

Upaya menapis

Masyarakat Indonesia Anti Hoax turut menggandeng sejumlah tokoh masyarakat sebagai duta anti-hoax, di antaranya Intelektual Muslim Profesor Azyumardi Azra dan Profesor Komarudin Hidayat, Sekretaris Jenderal Keuskupan Agung Jakarta Rm V Adi Prasodjo, sineas Nia Dinata, sastrawan Goenawan Mohamad, pegiat sosial Anita Wahid, dan tokoh anti-korupsi Erry Riyana Hardjapamekas.

Bagaimana untuk ikut serta memerangi hoax? Septiaji menganjurkan agar bergabung dengan sejumlah grup anti-hoax yang tersebar di media sosial seperti Facebook.

Selain itu, bisa juga melaporkan hoax lewat situs Turn Back Hoax di alamatdata.turnbackhoax.id.

Situs ini merupakan salah satu inisiatif Masyarakat Indonesia Anti Hoax untuk mempermudah anggota masyarakat yang ingin mengidentifikasi hoax, sekaligus berfungsi sebagai database aneka hoax yang beredar di Indonesia.

"Jumlah aduan yang masuk ke Turnbackhoax.id sudah mencapai ratusan ribu dalam sebulan terakhir. Ini menandakan gerakan anti-hoax sudah mulai berdampak ke masyarakat," kata Septiaji.

Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara yang ikut hadir dalam deklarasi Masyarakat Anti Hoax memuji langkah Masyarakat Indonesia Anti Hoax dalam melakukan sosialisasi dan ajakan terhadap warga Tanah Air untuk memerangi berita palsu.

Menurut dia, inisiatif semacam ini bakal membantu pemerintah dalam mencegah peredaran hoax karena masyarakat bisa berperan aktif sebagai garda depan dengan menyaring mana informasi yang benar dan mana yang tidak.

"Pemblokiran (situs yang diduga penyebar hoax) itu tahap akhir. Kami bukannya ingin banyak-banyak blokir, tapi bagaimana masyarakat bisa menapis sendiri sebelum mendistribusikan konten," ujar Rudiantara.**

KOMENTAR