Ekonomi Indonesia Bisa Tumbuh 6,3 Persen

Rabu, 23 November 2016 08:55:00 689
Ekonomi Indonesia Bisa Tumbuh 6,3 Persen
Gubernur BI, Agus Martowardojo.

Jakarta, inforiau - Perekonomian Indonesia diharapkan terus meningkat dalam jangka menengah panjang.  Pada periode 2018 hingga 2021, perekonomian Indonesia diproyeksikan akan bergerak pada rentang 5,9-6,3 persen.


"Pada 2018-2021 diproyeksikan di kisaran 5,9-6,3% di 2021," ujar Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo dalam pidatonya di acara pertemuan tahunan BI, di JCC, Senayan, Jakarta, Selasa (22/11/2016).

Proyeksi tersebut berlandaskan dengan perbaikan struktur ekonomi Indonesia yang semakin kuat dan berkualitas. Di samping juga dorongan dari sektor swasta.


"Dalam jangka menengah ekonomi kita akan tumbuh lebih tinggi karena ditopang oleh struktur yang lebih kuat dan berkualitas. Pemanfaatan berbagai potensi sebelumnya akan meningkatkan keyakinan swasta untuk beraktivitas dan menjadi kunci bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi," paparnya.


BI akan tetap mengendalikan inflasi pada batas yang terjaga dan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) di bawah 3%.
"Pertumbuhan ekonomi ditopang oleh inflasi rendah serta defisit transaksi berjalan di bawah 3%," tegas Agus.


Perekonomian 2017 diproyeksikan masih akan tumbuh lebih bagus dari kondisi sekarang. Akan tetapi, memang diakui belum bisa menyamai raihan pada lima-enam tahun lalu yang mencapai level 6%.
"Kami memperkirakan kondisi perekonomian Indonesia di tahun 2017 masih kondusif meskipun belum sekuat capaian di periode 2010-2012," ujarnya.


Proyeksi untuk pertumbuhan ekonomi 2017 adalah 5-5,4%. Penopang utama paling besar masih berasal dari dalam negeri, khususnya konsumsi.
"Kami memproyeksikan 2017 akan berada 5,-5,4%. terutama ditopang oleh domestik," imbuhnya.


Sementara itu inflasi akan dikendalikan sesuai dengan asumsi, yaitu 4 plus minus 1%. Pertumbuhan kredit perbankan akan lebih baik dari proyeksi realisasi 2016, yaitu pada kisaran 10-12% untuk tahun depan.
Defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD), kata Agus akan sedikit meningkat dibandingkan dengan sekarang, namun masih di bawah batas 3%.
"Adapun defisit transaksi berjalan sedikit meningkat, tapi tetap masih di bawah 3%," imbuhnya.


Ekonomi Dunia Makin Terpuruk


Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini hanya mencapai 3%, atau lebih rendah dari 2015 yang mencapai 3,2%. Negara maju yang digadang-gadang mampu mendorong perekonomian, ternyata masih belum mampu.


"Pertumbuhan ekonomi global 2016 kami perkirakan sekitar 3,0%, lebih rendah dari capaian 2015," kata Gubernur BI, Agus Martowardojo, dalam pidatonya pada Pertemuan Tahunan BI di JCC, Senayan, Jakarta, Selasa (22/11/2016).
Beberapa negara maju dengan kondisi ekonomi masih lemah adalah Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Jepang. Eropa semakin memburuk pasca adanya referendum Brexit pada pertengahan tahun ini.
"Referendum Brexit yang membawa Inggris keluar dari zona ekonomi Eropa, bahkan berpotensi menurunkan prospek ekonomi Eropa dalam jangka menengah," jelasnya.


Ekonomi China juga tidak dapat lagi tumbuh seperti yang diharapkan, meski sudah mencapai 6,6% pada kuartal III-2016. Begitu juga dengan India yang ekonominya tertahan pelemahan global.
"Sementara itu, kinerja Brasil dan Rusia juga tetap perlu mendapat perhatian, meskipun tekanan penurunan sudah mulai berkurang," terangnya.


Sementara itu, harga minyak dunia masih dalam tren menurun, dipengaruhi besarnya pasokan dari OPEC dan AS. Harapan positif baru terlihat pada batu bara dan minyak nabati (CPO) yang dalam beberapa bulan terakhir mulai meningkat.
"Kenaikan harga tersebut lebih dominan dipengaruhi penurunan produksi ketimbang akibat kenaikan permintaan," kata Agus.*1/dtc
 

KOMENTAR