Ingin Gaya Atau Butuh Keuangan Masa Depan, Pilih Mana?
Jakarta, inforiau.co - Anda hobi nonton bola? Ealah. Yeah, pastilah anda tahu betapa besarnya peran sang pelatih, arsitek yang membawa keberhasilan suatu tim. Dialah orang yang serius dan care akan keberadaan setiap individu di timnya. Problem sekecil apa pun yang akan merusak mental, moral, dan konsentrasi pemain pasti menjadi perhatiannya. Pokoknya, semua anggota mesti selalu tetap dalam kondisi fit.
Nah, masa depan keuangan anda bagaimana? Lha apa hubungannya? Sepantasnya anda laksana sang pelatih di atas. Tapi tunggu dulu, tergantung siapa anda. Anda yang care, perhatian dan mencintainya? Atau cuek, yang dengan enteng mengatakan 'I don't care'.
Kalau boleh dikata, anda itu 'harus' menjadi arsitek dan penanggung jawab untuk keuangan anda. Mau dibawa ke mana, semua tergantung anda. Anda sukses? Semua bisa diukur melalui fakta apakah pendapatan yang anda peroleh menutupi pengeluaran yang menjadi tanggungan anda dan punya kelebihan buat tabungan masa depan.
Pengeluaran untuk membeli barang-barang yang tidak perlu yang mengikuti keinginan sesaat, sekecil apa pun bisa menyebabkan bocor atau rusaknya tatanan keuangan anda. Berikan penilaian untuk setiap barang yang anda akan beli. Apakah barangnya sangat dibutuhkan atau levelnya masih bisa ditunda 6 bulan atau setahun lagi? Perhatikan juga, kemungkinan nilainya turun dalam 6 bulan ke depan. Meskipun tampak sangat sepele, tetapi saya yakin akan berdampak sangat besar buat masa depan keuangan anda.
Coba sekali lagi anda cermati, hanya lewat HP (smarthphone), beragam info tentang travelling ke luar negeri dengan mudahnya bisa didapatkan. Seumpama ke Jepang, walaupun ribuan kilometer jauhnya, anda bisa memperoleh info promo paket liburan untuk menikmati indahnya warna warni dedaunan menjelang musim gugur, langsung di sana. Plus dengan rayuan aneka ragam diskonnya.
Nah, kalau anda tanyakan kembali ke diri anda 'apakah paket liburan semacam itu sudah termasuk kebutuhan atau masih kategori mimpi saja?'. Renungkanlah! Mungkin kata bijak yang satu ini bisa menjadi warning 'kebocoran sekecil apapun bisa menenggelamkan kapal tanker yang perkasa'. So, hindarilah kebocoran sekecil apa pun agar masa depan keuangan anda menjadi lebih baik.
Poin-poin berikut ini perlu juga dijadikan kajian.
1. Gaya belanja mempengaruhi arus kas
Sama-sama kita pahami bahwa kemajuan teknologi mengubah segalanya, termasuk gaya belanja. Dan semua itu sangat gampang dilakukan, cukup pakai HP saja. Hebatnya lagi, mbah Google setia membantu, menginfokan apa saja yang diinginkan. Mengenai harga, brand, model dan lain-lain. Yang enggak diminta dan enggak perlu pun dengan sukarela diberikan, termasuk info diskon.
Mbahnya punya keahlian luar biasa menyetir kita agar menerima dan menengok info lebih banyak lagi. Nah, kalau anda menelannya tanpa pertimbangan yang matang akibatnya memang luar biasa. Bahkan bisa mengalahkan akal sehat, bisa memberantakan arus-kas anda.
Yakinlah diskon itu ranjau, yang siap mengembosin keuangan anda. Termasuk juga ranjau yang kasat mata adalah rupa-rupa jualan lewat pertemanan di FB, Twitter, atau Instagram yang bisa berujung ke belanja online. Satu kata 'kepatuhan' anda terhadap rencana yang anda buat, akan bisa menyelamatkan arus-kas anda. Simpelkah?
2. Gaya belanja bisa merusak dana pengaman
Ibaratnya 'ban serep' yang selalu dibawa ke mana pergi, tidak tahu entah kapan akan digunakannya. Kebiasaan sebagian kita, walaupun sudah dewasa 'setelah memakai lupa mengembalikannya, atau sengaja menunda mengembalikan ke tempat semula yang akhirnya lupa'. Nah, didorong dengan keinginan membeli sesuatu, bisa jadi dengan sengaja menggunakan dana pengaman tersebut.
Kita tahu bahwa dana pengaman itu kita punya dan hanya kita yang tahu keberadaannya, kira-kira kalau lupa adakah orang yang akan memarahi kita? Sadarkah bahwa memakai dana itu adalah utang yang harus dibayar kembali. Punyakah sistem yang bisa memberikan warning? Syukurlah kalau sudah punya. Sekali lagi disiplin merupakan kuncinya.
3. Ciptakan filter bertransaksi
Melawan arus teknologi finansial merupakan suatu yang impossible. Transaksi cashless dan kartu kredit menjadi pemeran utama di masa depan. Seperti 'disiplin' yang dibicarakan sebelumnya, transaksi cashless semacam kartu debit harus diberi filter agar mudah dikontrol. Salah satu bentuk filter yang sudah ada adalah transaksi tidak jalan, apapun modelnya, ketika tidak cukup dana pada rekening yang terhubung dengan kartu tersebut. Nah, berbeda dengan kartu kredit di mana limit kredit akan menjadi filternya.
Waspadalah ketika bertransaksi yang melebihi plafon menggunakan kartu kredit. Bisa menimbulkan bencana. Kategori risiko utangnya termasuk tingkat tinggi. Nah, filter yang sangat aman dan murah adalah 'kontrol terhadap diri sendiri' di mana pemakaian kartu kredit lebih diutamakan untuk keperluan yang sangat menguntungkan dan dalam level wajar.
Jadi tak salah dengan perumpamaan kita di awal di mana kita mengibaratkan membangun kebutuhan keuangan masa depan seperti seorang arsitek sepakbola membangun timnya. Untuk membangunnya menjadi lebih baik kita dapat memulainya dengan menciptakan bermacam-macam filter agar bisa menutupi kebocoran yang mungkin timbul. Semoga bermanfaat. Terima kasih. dtc