Warga Keluhkan Polusi dan Ancaman Longsor dari Proyek Tol Soroja
Kamis, 23 Maret 2017 12:25:00 1023

Proyek Tol Soroja
Bandung, Inforiau.co - Warga Kampung Pasirmalang dan Batu Gajah, Desa Jelegong, Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung mengeluh dengan kondisi lingkungannya saat ini. Setiap hari warga harus hidup di lingkungan udara penuh debu akibat tanah proyek galian C di Gunung Lalakon. Kondisi tersebut dirasakan warga hampir satu tahun terakhir
Debu-debu tersebut berasal dari pengerukan tanah di Gunung Lalakon untuk proyek jalan Tol Soreang-Pasirkoja (Soroja). Tanah-tanah itu diangkut puluhan truk setiap harinya melintasi pemukiman penduduk.
"Sehari-hari juga kaya gini kalau pas lagi tidak hujan mah, gersang dan tidak nyaman. Kalau hujan jadi becek, soalnya kan lumpur yang diangkut sama truk terbawa sampai ke jalan," kata salah satu warga Kampung Batu Gajah, Aminah (43).
Aminah mengungkapkan sebelum ada proyek galian C di Gunung Lalakon, kondisi lingkungan di daerahnya masih sejuk, karena selain dikelilingi bukit-bukit yang di tumbuhi rimbunya pepohonan, juga area pesawahan yang sangat luas.
Sudah sejak tahun 1994 Aminah dan keluarganya tinggal di Kampung Batu Gajah. Dulu, gunung dan bukit yang ada di Desa Jelegong masih utuh dipenuhi pepohonan hijau yang membuat sejuk dan udaranya segar.
"Sejak banyak pengerukan tanah, gunung dan bukit jadi gersang. Kami yang tinggal di daerah sini sudah tidak merasakan kenyamanan lagi seperti dulu kala. Apalagi rumah saya posisinya di pinggir jalan dekat dengan pengerukan di Gunung Lalakon," ungkapnya.
Selain itu, warga di sekitaran Gunung Lalakon pun mengaku khawatir longsor terjadi dan menggerus rumah-rumah warga. Apalagi, galian C di Gunung Lalakon kini sudah semakin meluas. "Lokasi tersebut sebelumnya sempat ditutup karena tidak berizin. Tapi sekarang sudah dibuka lagi," tambahnya.
Sadar kesehatannya terancam, warga pun sempat melakukan protes. Pihak pengembang proyek memberikan uang kompensasi sebesar Rp 150 ribu per bulan bagi warga yang berada di sekitar lokasi.
"Ada uang ganti rugi bagi warga yang rumahnya terdampak polusi yang dihasilkan dari lokasi proyek. Saya juga dapat. Tapi tidak tiap bulan, kadang ada kadang tidak. Setahu saya, pas dibuka lagi setelah sempat ditutup, pengembangnya ganti baru dua mingguan. Belum ada uang konpensasi lagi," jelasnya.
Bukan hanya di Gunung Lalakon, pengerukan di Bukit Masigit yang ada di Kampung Pasirmalang dan Gunung Lagadar pun saat ini kondisinya sudah semakin parah karena hampir setengahnya gundul.
Kepala Desa (Kades) Lagadar Ujang Saefudin mengatakan adanya aktivitas penambangan dan galian C di Gunung Lagadar membuat warga di desanya khawatir terjadi bencana longsor. Apalagi, selama ini pihaknya telah menerima keluhan dari warga yang rumahnya sangat berdekatan dengan lokasi penambangan.
"Kami sebagai pemerintah desa tidak punya kewenangan lebih terkait izin. Karena kewenangannya ada di dinas terkait yang menangani izin penambangan dan galian C ini," ujar Ujang
Sejak aktivitas penambangan dan galian C oleh perusahaan mulai dilakukan sejak satu tahun lalu, belum ada dampak bencana. Namun ketika aktivitasnya kini semakin meluas dan mengancam kelestarian alam, kekhawatiran warga semakin besar.
"Ada sekitar empat titik aktivitas penambangan dan galian C. Yang paling dekat dengan pemukiman ada di Kampung Hegarmanah dan Leuwidulang RW 17. Jarak paling dekat dengan pemukiman warga sekitar 300 meter," ucapnya
Ujang bersama para warga Desa Lagadar yang menolak keras adanya aktivitas tersebut, meminta agar ada perhatian dari Pemerintah Kabupaten Bandung dan Pemerintah Provinsi jawa Barat untuk turun langsung meninjau lokasi.
Jalan tol Soroha sepanjang 10,57 kilometer membentang di tiga kecamatan dari selatan ke utara, yakni Kecamatan Soreang, Kecamatan Ketapang, dan Kecamatan Margasih. Pembangunan Tol Soroja menelan investasi senilai Rp 1,5 triliun. Rinciannya, Rp 1,14 triliun untuk biaya konstruksi, dan sekitar Rp 400 miliar untuk biaya pembebasan lahan. Saat ini pembangunan konstruksi masih di bawah 80 persen. dtc