661 Kasus DBD di Pekanbaru

Pekanbaru, inforiau - Nampaknya masyarakat Pekanbaru harus ektra waspada dengan penyakit yang satu ini. Apalagi saat ini sampah berserakan di mana-mana, tentu penyakit ini akan lebih mudah menyerang masyarakat.
Dia Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit tergolong berbahaya ini tak lagi aneh kedengarannya, bahkan sangat familier bagi masyarakat Pekanbaru.
Dinas Kesehatan Pekanbaru mencatat, hingga awal bulan Juni penderita DBD mencapai 661 kasus. Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah hingga akhir tahun.
"Itu baru data terbaru jumlah kasus DBD dari bulan Januari sampai Juni, mungkin bisa bertambah," kata Kepala Bidang Pengendalian Kesehatan Dinas Kesehatan (Diskes) Pekanbaru, Gustiyanti kepada wartawan, Ahad (12/6/16).
Diterangkannya, untuk kasus tertinggi masih berada di Payung Sekaki, Marpoyan Damai dan Tampan. Tingginya angka DBD disebabkan cuaca yang tidak seperti biasa, kadang panas dan hujan.
"Di Kecamatan Payung Sekaki dengan 113 Kasus, Marpoyan Damai 88 Kasus dan Tampan 77 Kasus. Banyaknya kasus ini dikarenakan kondisi anomali cuaca menyebabkan nyamuk aedes aegepty cepat berkembang biak," terangnya.
Disinggung soal fogging, Gustiyanti mengatakan Diskes terkendala keterbatasan obat fogging. Namun sudah ada wacana penambahan obat.
"Kita kan sudah bahas juga dengan Buk Kadis dalam setiap rapat evaluasi, supaya bisa diupayakan penambahan. Karena obat yang kita miliki terbatas," katanya.
Dengan begitu, Gustiyanti berharap masyarakat bisa pandai menjaga keluarga dengan cara rutin melakukan kebersihan lingkungan. Sebab dengan rutin membersihkan pekarangan atau mengubur barang bekas dapat mencegah berkembang biaknya nyamuk demam berdarah.
"Harus mengedepankan 3M plus, jangan biarkan ada barang-barang yang bisa jadi tempat tergenang air menjadi sarang nyamuk DBD," harapnya.
Dijelaskannya, pihaknya telah mengintruksikan agar kader Jumantik juga melakukan sosialisasi pentingnya menjaga kebersihan lingkungan serta membunuh jentik nyamuk.
Ditambahkannya, memang untuk fogging pihaknya belum bisa optimal selain obat, mesin foggingnya juga terbatas. Sebab ada yang rusak sehingga tidak bisa digunakan.
"Kader Jumantik harus tetap mensosialisasikan meskipun sedang ramadan. Kalau dibiarkan, takutnya jumlah korban dan kasus akan semakin meningkat," tandasnya. IR