Bukan Kolonialisme Jawa, Lawan Kita Kolonialisme Jiwa

Sabtu, 25 Juni 2016 12:08:00 1009
Bukan Kolonialisme Jawa, Lawan Kita Kolonialisme Jiwa
....Sambungan (Bagian II)
 
Dalam prakteknya pada zaman Nabi Muhammad rasulullah SAW telah berhasil dengan baik mempersaudarakan kaum muhajirin (pendatang) dari Kota Mekah dengan penduduk asli Kota Madinah (kaum anshar ). Keberhasilan mempersatukan kaum muhajirin dan anshar dilakukan rasullulah berkat rahmat dan ridho Allah SWT, serta mulianya sikap dan perbuatan beliau. Hingga Madinah mencapai masa kejayaan dalam pemerintahannya.  Allah Azza wa Jalla berfirman dalam surat (49) Al-Hujurât ayat 10, yang artinya: Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara. Konsekwensi dari persaudaraan itu, maka Islam mewajibkan kepada umatnya untuk saling tolong-menolong dalam al-haq.
 
Hukum Allah selain diperintahkan di dalam Alqur'an juga tercitrakan melalui perkataan dan sikap perbuatan Rasulullah nabi Muhammad SAW.  Di dalam Alqur'an Allah SWT menjelaskan bahwa Dialah penguasa seluruh alam. Semua makhluk tunduk di hadapanNya. Hukum tertinggi adalah hukumnya, keadilan adalah milikNya, dan hanya kepadaNya lah kita sebagai hamba hendaknya meminta dan memohon pertolongan, serta kepadanNya lah kita berhukum. Alqur'an surat Al Maidah ayat 48 menjelaskan tentang kebenaran yang harus menjadi rujukan yaitu Alquran.
 
”Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.” (QS Al-Maidah ayat 48)
 
Dalam kristen juga Allah telah menurunkan firmanNya sebelum kedatangan Islam yang sempurna, yaitu hukum Allah yang diringkaskan dalam kasih. "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah yang terutama dan yang pertama. Dan yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua inilah tergantung seluruh Taurat dan kitab para nabi?. (Injil Matius 22:37-40).
 
Apakah makna yang penulis ingin sampaikan ialah bahwa sebenarnya bagi orang-orang luar Jawa maupun orang Jawa sendiri yang merasa diperlakukan tidak adil oleh saudaranya (terjadi pada masa kerajaan dahulu, dimana ada perbudakan, terjadi pembedaan kasta, ada darah biru, keturunan ningrat dan rakyat jelata), bukanlah kolonialisme Jawa yang menjadi lawan kita, yang menjadi lawan kita sesungguhnya adalah penjajahan atau kolonialisme jiwa. Jiwa-jiwa yang serakah, jiwa-jiwa yang haus kekuasaan atau imperialis itulah yang menjadi musuh kita, jiwa seperti itu ada pada semua bangsa, ia terletak di dalam dada manusia. Ia ada pada orang Jawa, pada orang Sumatera, Kalimantan, Papua, Sulawesi, dan lain sebagainya.
 
Jiwa kolonialis itu ada pada manusia yang terlahir di Arab, ada pada manusia yang hidup di Amerika, Cina, Jepang, Jerman, Eropa dan lainnya. Ia bersemayam di dalam dada manusia. Seseorang yang rakus akan harta dunia, memburunya dengan berbagai macam cara, dengan menghalalkan segala macam cara tanpa memperdulikan manusia lainnya, tanpa memikirkan keselamatan orang lain, demi kesenangan, demi kepuasan hawa nafsunya sendiri, itulah lawan kita. Itulah orang yang harus kita sadarkan, kita luruskan hingga ia akan tahu tujuan hidupnya di dunia dan akan kemana ia akhirnya. 
 
Jika manusia seperti itu tidak mau diluruskan itulah manusia yang yang harus diperangi, yang menjadi lawan kita. Itulah manusia yang telah menjelma sebagai syetan yang nyata.
 
Jika seorang manusia ingkar dari perintah Allah yang telah dibisikkan ke dalam hatinya (hati nurani), maka kekejaman manusia telah dinyatakan di dalam Alqur'an lebih kejam dari semua makhluk di atas bumi ini. Orang yang ingkar dengan perintah Allah akan sanggup membunuh dengan keji tanpa hak, sanggup melakukan mutilasi, memperkosa, menipu, bahkan mencelakai orang dengan cara yang keji dan licik. Maka jika ia tidak bertobat dengan sebenar-benarnya taubat, orang seperti itu akan merasakan dahsyatnya siksaan api neraka.   
 
Maka tugas dan perjuangan kita sebagai hamba Allah adalah melawan kolonialisme jiwa kita masing-masing, dalam momentum Ramadhan inilah kita bisa mengambil iktibar, dengan jiwa semakin bersih dan tenang, kita berusaha dan berjuang memelihara diri, memelihara lisan dan badan kita, untuk mencapai derajat taqwa, dan menjadi orang-orang yang ridha, orang yang menjaga keselamatan manusia lainnya, yang peduli pada kesusahan orang-orang terdekatnya seperti ibu-bapaknya, saudaranya, sahabatnya, dan semua makhluk Allah yang ada di muka bumi ini selamat dengan kehadirannya, bukan hancur atau kacau karena kehadirannya. 
 
Manusia yang berjuang untuk ikut peduli dan merasa ikut bertangungjawab atas kebaikan orang lain, itulah jihad manusia yang paripurna. Karena Allah telah mengatakan bahwa sesungguhnya manusia terbaik adalah orang-orang yang berguna bagi banyak manusia lainnya. Subhanallah wallahuakbar.
TAMAT
 
*Abuzar, SH Advokat pada Kantor Hukum Faisal Muharrami Saragih SH MH & Partner, Penggiat Sosial 
 

KOMENTAR