Dari Malaysia ke UMRI: Dato’ Suhaimi Shahadan dan Spirit Wirausaha di Milad ke-17

Minggu, 29 Juni 2025 21:38:43
Dari Malaysia ke UMRI: Dato’ Suhaimi Shahadan dan Spirit Wirausaha di Milad ke-17

Pekanbaru, Inforiau.co -Akhir Juni 2025, Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) genap berusia 17 tahun. Usia yang, bagi manusia, adalah peralihan dari keremajaan ke kedewasaan; dan bagi sebuah institusi pendidikan, adalah waktu untuk meneguhkan jati diri, memantapkan arah, serta memperluas jejaring dan dampak. Dalam momentum bersejarah ini, hadir sosok yang tak biasa— Dato’ Suhaimi Shahadan, seorang taipan terkemuka dari negeri jiran, Malaysia. Ia bukan hanya datang sebagai tamu, melainkan sebagai penyulut semangat, sebagai inspirasi dari dunia nyata tentang bagaimana keberanian bisa melahirkan keberhasilan.

Dalam sesi istimewa bertajuk “Kiat Membangun Bisnis”, Dato’ Suhaimi tampil bersahaja namun tegas. Ucapannya tak dilapisi jargon, tak dipenuhi teori yang berat, melainkan mengalir seperti air yang jernih. "Jangan tunggu sempurna untuk memulai," katanya, “kerana segala yang besar itu, mulanya selalu kecil.” Kalimat itu tak sekadar wejangan, melainkan kisah hidupnya sendiri—sebuah testimoni dari seorang yang telah jatuh bangun di lorong panjang dunia bisnis Asia Tenggara.

Kehadirannya menjadi daya tarik tersendiri bagi hadirin yang memadati aula UMRI. Di antara barisan peserta, tampak para civitas akademika dari berbagai kampus di Sumatera, juga perwakilan pengurus Persyarikatan Muhammadiyah. Mereka datang bukan sekadar untuk mendengar, tetapi untuk belajar dari pengalaman dan gagasan langsung seorang pelaku usaha lintas bangsa.

Menariknya, Dato’ Suhaimi tidak berjalan sendiri dalam forum tersebut. Ia didampingi oleh Dr. H. Saidul Amin, Rektor UMRI yang dikenal tak hanya sebagai akademisi dan ulama, tetapi juga sosok pembaru yang menjadikan UMRI sebagai kampus yang inklusif, adaptif, dan progresif. Dalam komentarnya, Dr. Saidul Amin menegaskan bahwa membangun bisnis di kalangan generasi muda bukan hanya tentang mencari untung, tetapi tentang melatih keberanian, membentuk mental mandiri, dan menumbuhkan semangat inovasi yang berlandaskan nilai-nilai keislaman.

"UMRI," ujar beliau, “adalah kampus dakwah yang memadukan iman, ilmu, dan amal. Maka, membangun jiwa entrepreneurship adalah bagian dari membumikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan nyata.”

Tak heran, di bawah kepemimpinan Dr. Saidul Amin, UMRI berkembang menjadi pusat magnet intelektual dan jejaring global. UMRI menjadi salah satu kampus yang menebar pengaruh kuat di Sumatera, bahkan menjadi acuan dan rujukan dalam pengembangan kampus Muhammadiyah lainnya, tanpa mengecilkan kontribusi kampus-kampus yang telah lebih dulu hadir.

Antusiasme peserta terasa begitu menyala. Setiap kalimat yang dilontarkan para narasumber, dicatat, direkam, bahkan ditransmisikan dalam semangat oleh para peserta muda yang haus akan transformasi. Bagi mereka, forum ini bukan sekadar acara seremonial milad, tetapi menjadi titik balik pemahaman bahwa sukses bukan tentang menunggu, tapi tentang berani melangkah, walau kecil dan sederhana.

Penutup: Dari Kampus untuk Dunia

Di tengah arus globalisasi dan disrupsi digital, generasi muda Muslim ditantang untuk tak sekadar menjadi penonton perubahan, tetapi menjadi pelaku yang mewarnai zaman. UMRI menjawab tantangan itu dengan cara elegan: membangun ekosistem intelektual yang membumi, menghadirkan tokoh-tokoh inspiratif, dan memupuk keberanian untuk mencoba.

Dato’ Suhaimi Shahadan mungkin akan kembali ke Malaysia. Tapi semangatnya telah tertanam di Pekanbaru. Di hati mahasiswa UMRI. Di benak para pebisnis muda. Dan mungkin, di tangan-tangan kecil yang kelak akan menggenggam dunia dengan nilai, bukan sekadar angka.

Penulis: Agus setiyono

Pegiat dakwah Online Jambi

KOMENTAR