Madinatul Ilmi, Masjid tanpa Dinding

Kamis, 20 Oktober 2016 08:30:04 1292
Madinatul Ilmi, Masjid tanpa Dinding
Masjid Madinatul Ilmi

Setelah menjelajah masjid bundar Sidomulyo Barat, masjid ‘sujud’ di Tuah Karya, hingga ‘’taj mahal’ di Perhentian Raja, kini saya sampai di masjid tanpa dinding. Ya, tanpa dinding. Namanya Masjid Madinatul Ilmi.

 


Masjid ini terletak di kampus Politeknik Caltex Riau (PCR) Rumbai. Kawasan ini memang agak ketat. Kalau tak ada kepentingan, tidak sembarang orang yang bisa masuk. Apalagi kalau Anda perokok, ini adalah area terlarang merokok. Ini adalah kampus bebas dari asap rokok. Ini juga terkenal dengan kampus hijau dan teduh. Karena, di sini memang ada ratusan pohon yang sengaja ditanam untuk menghijau dan meneduhkan kawasan 14 hektare tersebut.

 


Masjid ini memang nyaris tanpa dinding. Satu-satunya sisi dinding yang dibangun adalah di bagian kiblat. Di sisi kiri, kanan, dan belakang, memang tidak memiliki dinding sama sekali. Namun di bagian pintu masuk, pihak pengelola memang membangun gerbang besar. Ini bukan sembarang pintu gerbang. Kalau dilihat lebih jelas, gerbang ini mengadopsi kemegahan Istana Siak. Pintu gerbang dengan sentuhan gaya Maroko dan Aceh ini, seringkali dijadikan sebagai latar belakang selfie dan bahkan untuk foto preweding.

 


Masjid ini dibangun dengan rangka baja yang kokoh. Bayangkan saja pipa baja diameter besar milik PT Chevron Pacific Indonesia, pipa baja itulah yang dijadikan sebagai rangka utama masjid ini. Maka jangan heran kalau melihat puluhan bahkan ratusan pipa tegak dan juga membelintang sebagai kerangka masjid ini.
Dengan tanpa dinding, masjid ini terasa dingin. Udara bebas keluar dan masuk. Apalagi di sekeliling masjid terdapat pohon dan bebungaan yang rimbun. Rasa sejuk, apalagi ketika pagi dan petang, sangat terasa.

 


Saya sudah beberapa kali sholat di Masjid Madinatul Ilmi. Secara pribadi, memang saya mengikuti proses pembangunan masjid ini mulai dari rancangan, pondasi, hingga selesai. Satu yang juga menurut saya menarik adalah menara pancar speaker masjid ini juga multifungsi. Salah satu fungsinya sebagai tower pemancar siaran yang dikelola mahasiswa kampus ini.
Kalau Anda ada waktu, cobalah sholat di masjid ini. Kita akan merasakan suasana dan nuansa lain di sini. Terasa lebih nyaman dan sehat kalau itikaf di sini. Polusi udara yang sangat kecil di areal kampus ini ikut menentukan betapa nikmatnya beribadah di sini.

 


Apalagi, jamaah masjid ini boleh dikata sangat homogeny. Hanya mahasiswa kampus dan civitas akademika lainnya. Tapi bagi Anda yang masyarakat umum bukan tak boleh sholat di sini. Bahkan, untuk sholat Jumat, masyarakat sekitar memang sholat di sini. Bedanya, ya di kampus ini memang lebih ketat dibanding wilayah lain. Bila berkendaraan harus mengikuti aturan, harus pakai helem, dan parkirnya tidak boleh sembarangan. Dan, yang pasti tentu saja tidak boleh merokok dan harus menghargai keteduhan yang sudah dibangun.

 


Sholat memang bisa dimana saja. Kiblat mata memang di sajadah. Kiblat tubuh memang menghadap kakbah. Kiblat hati adalah ke hadapapan rabbul izzati. Namun bila suasana tempat sholat tidak kondusif, tidak cozy, upaya untuk mencapai khusyuk akan terkendala. Dan, di sini suasananya sangat mendukung untuk sholat dan lebih dekat dengan Tuhan.***
 

KOMENTAR