RSUD Tak Sanggup Tangani Rania

Senin, 30 Mei 2016 21:05:32 894
RSUD Tak Sanggup Tangani Rania
Bayi penderita Atresia Bilier, Rania Putri Al Zahra saat dirawat di RSUD
Pekanbaru, inforiau.co - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad menyatakan tidak sanggup menangani operasi bayi penderita Atresia Bilier, Rania Putri Al Zahra (7 bulan) yang kini tengah dirawat di rumah sakit tersebut. Bayi asal Kecamatan Enok, Kabupaten Indragiri Hilir tersebut disarankan dirujuk ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.
 
Rania yang saat ini dirawat di lantai 4 Ruang Merak Kelas II tersebut dirujuk ke RSUD Arifin Achmad di Pekanbaru sejak Rabu (25/5) pekan lalu setelah sempat dirawat di RSUD Puri Husada Tembilahan, Indragiri Hilir. Namun setelah dokter di RSUD Arifin Achmad melakukan observasi maka pihak rumah sakit menyatakan tidak sanggup melakukan operasi dan disarankan untuk dioperasi di RSCM Jakarta. Ketidaksanggupan RSUD Arifin Acmad karena Rania telah berusia lebih dari 3 bulan.
 
Informasi tersebut diungkapkan Fahruddin, pegiat sosial yang mendampingi bayi dan keluarnya saat dibawa ke Pekanbaru. "Dokter di RSUD Arifin Achmad menyatakan tidak sanggup mengoperasinya karena umurnya sudah lewat 3 bulan. Salah satu solusinya adalah Rania Putri Al Zahra harus dirujuk ke RSCM Jakarta atau ke salahsatu Rumah Sakit di Sulawesi, karena hanya rumah sakit itu yang mampu melakukannya," ungkapnya, Ahad (29/5).
 
Berdasarkan keterangan dokter, ujarnya pembengkakan perut bayi ini harus dikempeskan dulu dengan pemberian suntikan dan obat-obatan setiap hari. "Setelah itu, baru bisa dibawa ke RSCM," katanya.
 
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Inhil, Zainal Arifin ketika dikonfirmasi mengenai bayi ini ini harus dirujuk ke RSCM Jakarta, meminta menanyakan langsung kepada Direktur RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. "Silahkan tanyakan langsung kepada Direktur RSUD Arifin Achmad, karena itu sudah menjadi kewenangan mereka," jawabnya.
 
Sebelumnya, Noni Triyana (42), nenek dari Rania Putri mengatakan sesuai hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter bahwa Rania tidak bisa dioperasi lagi. Dokter hanya bisa mengurangi pembengkakan saja. "Setelah diperiksi oleh dokter, Rania tidak bisa lakukan operasi lagi untuk penyembuhannya karena hatinya sudah rusak. Di rumah sakit ini (RSUD Arifin Ahmad) hanya bisa untuk mengurangi pembengkakan perutnya saja lagi," ungkapnya menerima kunjungan Ketua DPRD Kabupaten Indragiri Hilir Dani M Nursalam.
 
Ketua DPRD Inhil Dani M Nursalam mengatakan sangat prihatin melihat kondisi Rania dan mendengar keterangan yang disampaikan oleh pihak keluarga. Dani berharap keluarga diberi ketabahan atas apa yang dialamai Rania.
 
"Ya, Setelah kita mendengar tadi dari penjelasan pihak keluarga bahwa Rania sudah tidak bisa operasi lagi, kita berharaplah semoga ada kemudahan yang didapat Rania. Kita berharap semoga Keluarga diberi ketabahan dalam menghadapi ini semua," ungkap Dani. 
 
Apa itu Atresia Bilier?
Dari sejumlah literatur menyebutkan atresia bilier adalah penyakit serius tapi jarang terjadi. kasus ini terjadi pada satu dari 10.000 anak yang lahir dan lebih sering terjadi pada anak perempuan daripada anak laki-laki.
 
Penyebab atresia bilier tidak diketahui, dan perawatan hanya sebagian berhasil. atresia bilier adalah alasan paling umum untuk pencangkokan hati pada anak-anak di Amerika Serikat dan sebagian besar dunia Barat.
 
Kerusakan hati yang terjadi dari atresia empedu disebabkan oleh cedera dan kerugian (atresia) dari saluran empedu yang bertanggung jawab untuk mengalirkan empedu dari hati. Empedu dibuat oleh hati dan melalui saluran empedu dan masuk ke usus di mana ia membantu mencerna makanan, lemak, dan kolesterol.
 
Hilangnya saluran empedu menyebabkan empedu untuk tetap tinggal di hati. Ketika empedu membangun dapat merusak hati, menyebabkan jaringan parut dan hilangnya jaringan hati. Akhirnya hati tidak akan dapat bekerja dengan baik dan sirosis akan terjadi. Sekali gagal hati, pencangkokan hati menjadi perlu atresia bilier dapat menyebabkan kegagalan hati dan kebutuhan untuk transplantasi hati dalam 1-2 tahun pertama kehidupan. IR/RT

KOMENTAR