Sejarah Stadion Kanjuruhan yang Renggut Ratusan Nyawa

Minggu, 02 Oktober 2022 22:41:02
Sejarah Stadion Kanjuruhan yang Renggut Ratusan Nyawa
Stadion Kanjuruhan, Malang

Inforiau - Kerusuhan terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, pada Sabtu (1/10), setelah Arema FC Malang kalah dalam pertandingan sepak bola dari Persebaya.

Kerusuhan itu mengakibatkan sedikitnya 130 orang meninggal dunia dan 180 orang luka-luka.

Stadion Kanjuruhan dibangun pada 1997 silam dan menelan biaya lebih dari Rp35 miliar. Stadion ini diresmikan pertama kali oleh Megawati Soekarnoputri pada 9 Juni 2004 silam.

Stadion ini memiliki kapasitas menampung hingga 41.449 orang. Namun, sebelumnya Menko Polhukam Mahfud MD menyebut kapasitas stadion 38 ribu, dengan tiket dicetak 45 ribu.

Pertandingan perdana yang digelar di Stadion Kanjuruhan adalah Arema melawan PSS Sleman. Pertandingan itu dihelat oleh Divisi Satu Liga Pertamina pada 2004.

Pada tahun ini, Stadion Kanjuruhan menjadi homebase Arema, dari yang sebelumnya di Stadion Gajayana. Tetapi, stadion ini baru dimanfaatkan Arema sepenuhnya sebagai homebase di Ligina 2006.

Pada 2010, Stadion Kanjuruhan direnovasi dengan menambah pencahayaan agar memenuhi syarat ikut Liga Champions AFC 2011.

Jejak Tragedi

Tragedi kericuhan di Stadion Kanjuruhan bukan terjadi baru kali ini saja. Pada 2005 silam, pagar pembatas tribune di laga Ligina pernah roboh.

Insiden itu terjadi saat Arema mengalahkan Persija Jakarta. Kejadian itu mengakibatkan satu orang tewas dan puluhan Aremania lainnya terluka parah.

Selain itu, pada 15 April 2018 juga terjadi Kanjuruhan Disaster. Kericuhan terjadi lantaran wasit dinilai tidak adil dalam pertandingan Arema melawan Persib. Saat itu, skor akhirnya kedua klub dinyatakan seri 2-2.

Kericuhan semakin pecah saat aparat mulai menembakkan gas air mata. Sejumlah penonton pun pingsan saat kericuhan terjadi.

Diketahui, kerusuhan di Stadion Kanjuruhan terjadi usai suporter Arema memasuki lapangan karena kecewa timnya kalah melawan Persebaya. Namun, insiden itu direspons polisi dengan menghadang dan menembakkan gas air mata.

Gas air mata itu ditembakkan tidak hanya kepada suporter yang memasuki lapangan, tetapi juga ke arah tribun penonton yang kemudian memicu suporter panik.

Akibatnya, massa penonton berlarian dan berdesakan menuju pintu keluar, hingga sesak nafas dan terinjak-injak.

Sejauh ini, 130 orang dilaporkan tewas akibat kerusuhan tersebut. Dua di antara korban tewas tersebut merupakan petugas polisi.*

KOMENTAR