Sepekan Harga Minyak Melonjak, Naik Sampai 26 Persen

Sabtu, 05 Maret 2022 10:10:12
Sepekan Harga Minyak Melonjak, Naik Sampai 26 Persen
Ilustrasi SPBU/Republika

Inforiau - Harga minyak dunia melesat. Si emas hitam pun mengukir rekor harga terbaru.

Pada perdagangan kemarin, harga minyak jenis brent ditutup di US$ 118,11/barel. Melejit 6,93% dibandingkan hari sebelumnya sekaligus menjadi rekor tertinggi sejak Februari 2013.

Sedangkan yang jenis light sweet harganya US$ 115,68/barel. Meroket 7,44% dan menjadi yang termahal sejak Agustus 2008.

Sepanjang pekan ini, harga brent dan light sweet melonjak masing-masing 25,49% dan 26,3%. Selama setahun terakhir, harga naik 70,29% dan 75,03%.

Dinamika perang Rusia versus Ukraina masih menjadi latar belakang kenaikan harga minyak. Perang masih berlanjut, sudah di pekan kedua.

Pasukan Rusia berhasil mengusai pembangkit listrik bertenaga nuklir di Ukraina, yang menjadi yang terbesar di Eropa. Tentara Negeri Beruang Merah pun sudah mengepung kota Mariupol di sebelah tenggara Ukraina. Kepungan tentara Rusia membuat kota itu tidak lagi memiliki akses air bersih, listrik, dan makanan.

Rusia pun terancam berbagai sanksi dari Amerika Serikat (AS) dan sekutunya. Satu sanksi yang menjadi kekhawatiran pelaku pasar adalah larangan ekspor minyak.

Jika sampai terjadi, maka dampaknya ke pasar minyak dunia akan sangat signifikan. Sebab, Negeri Beruang Merah adalah salah satu produsen minyak utama dunia.

Rusia mengekspor 4-5 juta barel minyak jenis brent setiap harinya. Angka ini membuat Rusia menjadi eksportir terbesar kedua dunia, hanya kalah dari Arab Saudi.

"Impor minyak AS yang berasal dari Rusia memang kecil. Namun pelaku pasar cemas kalau sanksi serupa diikuti oleh negara-negara lain," kata Giovanni Staunovo, Analis UBS, seperti dikutip dari Reuters yang dimuat CNBCIndonesia.

Memang ada potensi minyak dari Iran akan kembali masuk ke pasar global. Ini karena Iran dan negara-negara Barat sudah di ambang kesepakatan untuk kembali ke perjanjian nuklir yang sempat vakum sejak AS dipimpin oleh Presiden Donald Trump.

Kalau Iran kembali masuk ke bingkai perjanjian nuklir, maka sanksi terhadap Teheran bisa dicabut. Salah satunya adalah larangan ekspor minyak.

Dengan demikian, minyak dari Iran akan masuk ke pasar dunia. Namun jumlahnya 'hanya' sekitar 1 juta barel/hari, jauh dari yang mampu dipasok Rusia.*

KOMENTAR