Viral TV Analog Dimatikan demi 5G, Berikut Penjelasan Kominfo

Minggu, 06 November 2022 22:31:06 259
Viral TV Analog Dimatikan demi 5G, Berikut Penjelasan Kominfo
Ilustrasi/Net

Inforiau - Kicauan soal penggunaan frekuensi bekas TV analog yang dimatikan lewat program Analog Switch Off (ASO) dipakai untuk jaringan 5G kembali ramai. Apa kata Kementerian Komunikasi dan Informatika?

Usai TV analog dimatikan, sejumlah akun mengungkit kepentingan di balik program itu, yakni demi jaringan 5G. Salah satu yang berkicau soal itu adalah akun @DokterTifa, yang beberapa kali mengunggah kicauan yang seolah-olah ilmiah di berbagai bidang.

"Mengapa TV Analog dipaksa untuk dimatikan? Jawabannya: 5G," ucapnya.

Ucapannya menuai banjir komentar sinis netizen, yang telanjur lelah dengan klaim-klaimnya.

"Tambah kagum sama dokter, kini jd ahli penyiaran," kicau @TinoTindangen.

Akun @raflyamanda menambahkan, "lanjut jadi ahli keuangan."

Benarkah demikian?

Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kominfo Usman Kansong menyatakan peralihan dari TV analog ke TV digital menghasilkan "digital dividen" (penghematan frekuensi) pemanfaatan spektrum frekuensi radio yang memberikan manfaat besar bagi negara.

Bahwa, ASO menghasilkan penggunaan spektrum frekuensi 700 MHz yang lebih efisien.

"Yang dapat digunakan untuk mewujudkan internet cepat yang lebih merata, efek berganda di sektor ekonomi digital, dan memberikan tambahan pemasukan APBN dari sektor Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Selain itu juga akan terjadi potensi peningkatan PDB yang signifikan," ungkapnya, dalam siaran pers Kominfo.

Diketahui, siaran TV analog memanfaatkan frekuensi radio yaitu pada frekuensi 700 Mhz. Di jalur inilah layanan lalu lintas data untuk internet 5G juga berlangsung.

Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika Rosarita Niken Widiastuti membenarkan suntik mati TV analog salah satunya untuk pengembangan internet 5G.

"Sisa frekuensi [dari TV analog] yang ada ini untuk perluasan akses internet. Di samping itu, juga untuk perkembangan 5G," kata dia, di Nusa Dua, Bali, Selasa (30/8).

Senada, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate, dalam keterangannya beberapa waktu lalu, mengatakan ASO memungkinkan pemanfaatan frekuensi menjadi lebih efisien. Menurutnya, ada sekitar 112 Mhz pita lebar yang dapat digunakan untuk kepentingan lain.

Berdasarkan hitungan pihaknya, rentang frekuensi 348 Mhz selama ini penuh dengan pemancaran siaran analog. Ketika siaran analog dimigrasikan ke digital, ia mengatakan ruang yang dibutuhkan cukup hanya 176 Mhz.

Dengan kata lain, tersisa ruang yang sangat besar pada frekuensi 700 Mhz jika migrasi digital terealisasi sepenuhnya, yang sangat diperlukan untuk layanan pita lebar internet.

Lalu apa gunanya 5G?

5G sendiri merupakan sebutan untuk jaringan seluler generasi kelima yang jauh lebih ngebut daripada 4G. Singkatnya, internetan jadi lebih cepat.

Niken mengatakan, dengan migrasi ke TV digital, daerah-daerah yang selama ini blankspot alias tanpa sinyal internet nantinya bisa mendapatkan akses internet yang bagus.

"Dengan adanya 5G internet kecepatan tinggi sehingga layanan telekomunikasi untuk Indonesia semakin meningkat," ujarnya.

Internetan itu tak cuma untuk TikTok-an atau bermedsos ria. Menko Polhukam Mahfud MD mengungkap manfaat lain dari internet ngebut.

"Dengan bermigrasi dari analog ke digital maka Indonesia akan mendapat efisiensi frekuensi digital dividen yang nantinya akan dimanfaatkan teknologi akses internet 5G dan digitalisasi terkait dengan penanganan bencana alam, pendidikan, kesehatan, serta mendukung pengembangan ekonomi digital," tutur Mahfud, Kamis (3/11) dini hari.*

KOMENTAR