Dilema Jerman, Mengutuk Serangan Tapi Tetap Beli Minyak Rusia

Inforiau - Langkah Inggris dan Amerika Serikat untuk berhenti membeli minyak Rusia sepertinya berat untuk diikuti sekutu mereka yang sama-sama mengutuk serangan Moskow ke Ukraina, Jerman.
Dalam sebuah pernyataan, Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan pada Selasa (8/3), bahwa negaranya "tidak akan bisa bergerak" tanpa impor minyak Rusia.
"Sepertiga dari impor minyak kami berasal dari Rusia," kata Baerbock, seperti dikutip dari RT, Rabu (9/3).
“Jika kami segera menghentikan ini, maka besok kami tidak akan bisa pindah ke Jerman lagi," katanya.
“Kami mencoba melakukan segala yang kami bisa untuk menghentikan perang ini,” lanjut Baerbock, mengacu pada konflik yang sedang berlangsung antara Ukraina dan Rusia.
Baerbock adalah anggota Partai Hijau, dan merupakan pendukung penutupan tiga pembangkit nuklir Jerman yang tersisa, yang saat ini dijadwalkan untuk ditutup pada akhir tahun ini. Baerbock juga menentang sertifikasi pipa gas Rusia-Jerman Nord Stream 2 beberapa bulan sebelum Rusia melancarkan serangan militernya di Ukraina.
Pemerintah Jerman telah berusaha untuk mengerem sanksi lebih lanjut terhadap energi Rusia. Pada hari Senin, Kanselir Olaf Scholz mengeluarkan pernyataan yang menggambarkan minyak dan gas Rusia sebagai sesuatu yang penting untuk keamanan energi Eropa.
"Saat ini, pasokan energi Eropa untuk pembangkit panas, mobilitas, pasokan listrik dan industri tidak dapat diamankan dengan cara lain," selain dengan mengimpor dari Rusia, bunyi pernyataan itu.
“Oleh karena itu, sangat penting untuk penyediaan layanan publik dan kehidupan sehari-hari warga kita," lanjutnya.
Selain mengandalkan Rusia untuk sepertiga dari minyak impornya, Jerman bergantung pada Rusia untuk lebih dari setengah total pasokan gasnya.
Maka dari itu pelarangan impor energi Rusia jauh lebih tidak dapat dipertahankan di Jerman daripada di AS atau Inggris, yang keduanya mengeluarkan larangan pada hari Selasa.*