Kita dan Nur Muhammad di Dalamnya

Oleh Saidul Tombang
Kita bukan makhluk yang tanpa asal usul. Kita bukan penemuan. Bukan bintang jatuh. Manusia adalah makhluk dengan asal usul sangat kuno. Tersebut sejak jutaan atau mungkin miliaran tahun lalu. Saat dimana nur Muhammad diciptakan disaat itu pula nur setiap manusia diadakan.
Secara fisik, benih manusia sudah dikandung ayah jauh sebelum kita bersemayam di rahim bunda. Sebelum bersemedi di pusar untuk kemudian pindah ke (maaf) zakar, benih manusia sudah melawati banyak masa dan suasana.
Kemudian kita berpindah tempat ke rahim bunda setelah melewati proses senggama. 40 hari pertama adalah cairan yang semakin hari makin mengental. 40 hari kedua adalah gumpalan daging yang makin hari makin membentuk fisik. Sedangkan 40 hari ketiga adalah proses penciptaan tubuh yang lengkap. Kepala, dada dan perut, tangan dan kaki. Kulit, rambut, tulang, hingga organ tubuh lainnya.
Setelag genap 40 hari, maka ditiupkanlah nur muhammad ke dalam tubuh yang telah berbentuk. Namun sebelumnya dibisikkan ke si pemilik tubuh, alastu birobbikum... qooluu balaa syahidna. Bukankah aku Tuhanmu, kita menjawab benar Engkaulah Tuhanku...'.
Begitulah prosesnya sehingga kita dilahirkan setelah merasakan kasih sayang bunda di rahimnya. Ketika kita dilahirkan, kita masih mengepalkan tangan, memegang teguh janji kepada Allah untuk menjadikan Dia satu-satunya Tuhan kita. Dengan tangan terkepal kita berteriak Allah... Allah... Allah... bukan eaa.. eaaa... eaaa.... sebagaimana didengar manusia kebanyakan.
Bukankah kita punya sejarah yang sangat kuno? Yang sangat panjang sehingga kita pun lupa bahwa pada setiap diri ada nur Muhammad yang harus dijaga.
Laa ilaaha illalaah...***
*daribalikkelambuyangpengap