Masih Tersisa 4 Orang Lagi

Senin, 02 Mei 2016 19:53:47 969
Masih Tersisa 4 Orang Lagi
Manila, inforiau.co - 10 Awak kapal Brahma 12 asal Indonesia yang disandera kelompok Abu Sayyaf telah dibebaskan di Sulu pada Ahad siang (1/5). Mereka disandera sejak bulan Maret dengan permintaan tebusan 50 juta peso atau senilai 1 juta dollar.
 
Media Filipina, Inquirer, melaporkan bahwa Kepala Polisi Sulu Superintenden Wilfredo Cayat, telah mengkonfirmasi pelepasan sandera itu namun tidak bisa memberikan detail lebih lanjut.
 
"Kami diberitahu ada orang-orang tak dikenal yang men-drop warga Indonesia di depan rumah Gubernur Sulu (Abdusakur) Totoh Tan (II)," kata Cayat.
 
10 WNI itu merupakan awak kapal tug boat Brahma 12 yang menarik kapal tongkang Anand 12 yang berisi 7.000 ton batubara. Kapal mereka dibajak lalu disandera pada 26 Maret 2016. Pembajak lalu meninggalkan kapal Brahma 12 dan membawa kapal Anand 12 beserta muatannya.
 
Dibawa ke Manila
Sepuluh WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf sudah dilepaskan. WNI yang berprofesi sebagai ABK itu diketahui dalam kondisi sehat dan saat ini sedang dalam perjalanan menuju Manila.
 
"Kondisinya sehat semua, ada yang mengalami hiportermia. Tapi itu wajar karena jarak dari lokasi penyanderaan menuju ke rumah Gubernur Sulu (lokasi pelepasan) butuh waktu 1 malam," ujar salah seorang sumber.
 
Dia mengatakan, tadi pagi WNI tersebut di-drop ke rumah Gubernur Sulu oleh para penyandera. Sekitar pukul 15.00 WIB, WNI itu sudah diterbangkan ke Manila dengan helikopter.
 
"Sekarang sedang dalam perjalanan ke Filipina untuk dipertemukan dengan pihak Kedubes," ujar sumber itu.
 
Sedangkan Kapolri Jenderal Badrodin Haiti saat disinggung soal kesehatan para sandera memberikan jawaban diplomatis. "Kita berharapnya mereka sehat dan selamat. Untuk keterangan selanjutnya silakan ke Pak Menko Polhukam," ujar Badrodin.
 
Kepala BIN Sutiyoso, juga membenarkan kabar tersebut. "Iya betul (dibebaskan)," ucap Sutiyoso.
 
Sedangkan Jubir Kemlu Arrmanatha Nasir mengatakan, pihaknya belum bisa mengkonfirmasi hal tersebut. Menurut Tata, Kemlu RI dan Kemlu Filipina masih terus koordinasi.
 
Libatkan Pimpinan MNLF Misuari dan Gubernur Sulu
Dalam negosiasi pembebasan itu, pemerinta Indonesia mendapatkan bantuan dari pihak lokal di Filipina.
 
Hal ini diceritakan oleh salah seorang negosiator pembebasan 10 WNI, Mayjen Purn Kivlan Zen. "Kita dapat bantuan dari Gubernur Sulu Toto Tan," ujar Kivlan/
 
Toto Tan merupakan salah satu orang yang membantu jalannya negosiasi. Dia juga adalah keponakan dari pimpinan The Moro National Liberation Front (MNLF) Nur Misuari. Kivlan mengaku berteman dengan Nur Misuari saat dirinya bertugas di pasukan Perdamaian Filipina Selatan tahun 1995-1996.
 
Lewat Nur Misuari, Kivlan berhasil melakukan kontak dengan kelompok Abu Sayyaf dan menjalin komunikasi intens. "Ada banyak yang membantu kita di Filipina," terangnya.
 
Mantan Kepala Staf Kostrad ini secara tegas mengatakan pembebasan 10 WNI tidak melibatkan uang tebusan. Bahkan uang tebusan yang disiapkan perusahaan tempat 10 WNI bekerja tidak dipergunakan. 
 
Tersisa 4 Orang
Saat ini, tim negosiator berupaya membebaskan 4 WNI yang masih disandera oleh kelompok Abu Sayyaf. Mereka adalah ABK kapal Henri yang menarik kapal tongkang Christi.
 
Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mengumumkan pembebasan 10 WNI yang disandera oleh kelompok Abu Sayyaf di Istana Bogor sekitar pukul 18.15 WIB. 10 WNI tersebut akan diterbangkan ke Indonesia.
 
"Alhamdulillah puji syukur ke hadirat Allah SWT, akhirnya 10 ABK WNI yang disandera kelompok bersenjata sejak 26 Maret lalu saat ini telah dapat dibebaskan," ujar Jokowi.
 
"Saat ini kami juga upayakan pembebasan 4 ABK lainnya. Keamanan di perbatasan air dan wilayah sekitarnya juga masih penting. Oleh karena itu, akan diadakan pertemuan pada tanggal 5 Mei ini antara Indonesia, Malaysia dan Filipina," sambungnya.
 
Pertemuan tersebut akan diadakan di Jakarta dengan dihadiri oleh Menlu RI, Malaysia dan Filipina. Begitu juga dengan Panglima TNI serta petinggi militer Malaysia serta Filipina.
 
Dalam kesempatan itu, Menlu Retno juga menyampaikan terima kasihnya kepada seluruh pihak yang terlibat, termasuk jaringan informal. 
"Upaya pembebasan ini melibatkan semua pihak, oleh karena itu perlu disampaikan ini diplomasi total bukan hanya government to government tapi juga melibatkan jaringan-jaringan informal," kata Retno.
 
"Semua komunikasi dan jaringan kita buka, semua opsi kita buka dengan satu tujuan untuk mengupayakan pembebasan 10 WNI kita. Syukur alhamdulillah upaya ini berhasil. Sekali lagi terima kasih atas doa dari seluruh bangsa Indonesia untuk proses yang berlangsung selama satu bulan ini," pungkasnya.
 
Keluarga Bersyukur 
Sementara itu orang tua salah satu korban penyanderaan Abu Sayyaf asal Wotu, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, bersyukur anaknya telah dibebaskan kelompok Abu Sayaff. Namun dia belum tahu detail tentang kabar pembebasan anaknya.
 
"Jika benar anak saya dibebaskan, kami sangat bersyukur karena selamat," ucap ayah Rinaldi, Amiruddin.
 
"Kami berterima kasih kepada pemerintah Indonesia dan pemerintah Filipina dan berharap anak saya bisa segera dipulangkan sehingga bisa berkumpul dengan keluarga," imbuhnya.
 
Rasa syukur serupa juga diungkapkan keluarga dari Wawan Saputra, korban penyanderaan lainnya. Keluarga Wawan ditemui di kediamannya di Puncak Indah, Malili, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
 
"Kami sangat bersyukur, seharian kami nonton berita TV dan yakin jika kemenakan kami Wawan Saputra ikut dibebaskan," ucap kerabat korban, Hasna Muslimin. Dtc/Ir

KOMENTAR