Sungguh Kasihan Bagi Warga yang Datang dari Jauh

Rabu, 19 April 2017 11:47:45 1005
Sungguh Kasihan Bagi Warga yang Datang dari Jauh
3 - Antrian penuh sesak di Kantor Disdukcapil Kabupaten Kampar.jpg

Kampar, Inforiau.co - Senin (17/4/2017) sekitar pukul 07.00 Wib, buk Darni (samaran) mulai bergegas dari Kecamatan Tapung menuju Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kabupaten Kampar untuk melakukan kepengurusan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (E-KTP).

Dengan jarak tempuh yang hampir mencapai puluhan kilometer, buk Darni rela bepergian seorang diri dengan menggunakan sepeda motor miliknya. Tak peduli seberapa jauh tujuan yang akan ia tempuh, hanya demi sebuah kartu kependudukan.

Sekitar pukul 09.30 Wib, sampai jualah bu Darni di kantor Disdukcapil Kabupaten Kampar, sepeda motor miliknya pun ia parkir di halaman kantor. Satu anggapan yang terbesit di fikiran bu Darni kala itu, "Mudah-mudahan dengan datang pagi, antrian saya yang paling depan," ucap bu Darni beranggapan.

Namun faktanya, setelah ia mulai berjalan menuju ke tempat perekaman e-KTP yang ruangannya di bagian belakang, ternyata antrian panjang yang menunggu. "Tak apa, ikuti saja antriannya, asal semua urusan kelar hari ini," ujar bu Darni bersabar.

Hanya satu bangku yang disediakan Disdukcapil Kabupaten Kampar bagi para pengantri, sehingga banyak pengantri yang harus rela berjam-jam berdiri sampai namanya dipanggil.

Selang waktu pun berlalu, jam sudah menunjukkan pukul 10.30 Wib, sudah satu jam bu Darni menunggu antrian, namun namanya tak jua kunjung dipanggil petugas perekaman e-KTP. "Mungkin sebentar lagi nama saya dipanggil," ujar bu Darni kembali beranggapan.

Lima menit pun berlalu, sepuluh menit, hingga dua puluh menit, namun ternyata baru pukul 11.17 barulah namanya dipanggil petugas. "Alhamdulillah, dipanggil juga nama saya," ucap bu Darni bersyukur.

Saat bu Darni masuk ke ruangan perekaman data e-KTP, disitulah bu Darni baru tersadar, bahwa lamanya nama dia dipanggil petugas karena minimnya alat rekam e-KTP. "Patutlah menunggu lama, ternyata alat rekamnya cuma satu," ujar bu Darni dalam hati.

Usainya bu Darni melakukan perekaman data e-KTP, ia menerima selembaran kertas yang merupakan foto copy Kartu Keluarga (KK) miliknya yang namanya sudah dilingkari petugas perekaman pertanda bahwa ia telah melakukan perekaman data e-KTP.

Usainya melakukan perekaman data e-KTP, bu Darni kembali diarahkan ke ruangan bagian depan kantor Disdukcapil untuk mendapatkan bukti bahwa ia telah melakukan perekaman data e-KTP.

Sesampainya dibagian depan Disdukcapil, ternyata bu Darni masih dihadapkan lagi oleh antrian yang cukup panjang. Bu Darni pun kembali ikut antrian yang paling belakang, namun sesaat ia memandang, ternyata antrian hanya bak seremoni saja.

Pasalnya, beberapa orang yang baru saja datang dan juga ingin melakukan kepengurusan, ternyata mereka langsung menyelonong saja ke bagian depan antrian. Dan anehnya, urusan mereka langsung diterima oleh petugas tanpa menyuruh untuk ikut antrian.

Melihat fenomena tersebut pula, bu Darni dengan nekatnya untuk melakukan hal yang sama, yakni menyelonong. Dan berhasil, beberapa saat urusannya pun kelar juga. "Alhamdulillah, satu persatu urusan pun kelar," ujar bu Darni.

Satu langkah lagi, urusan bu Darni akan selesai, adalah melakukan kepengurusan surat keterangan yang menyatakan bahwa ia telah melakukan pengurusan e-KTP. Bu Darni pun diarahkan petugas Disdukcapil ke pintu samping kiri.

Namun, kala itu hari pun sudah menunjukkan pukul 12.00 Wib yang menandakan bahwa sudah masuk jam istirahat siang. "Mohon maaf buk, ini saatnya jam istirahat siang, silahkan datang kembali pada pukul 14.00 Wib nanti ya," ujar salah seorang THL Disdukcapil kepada bu Darni.

Detik jam terus berjalan, hari pun sudah menunjukkan pukul 13.35 Wib. Dibawah cuaca panas yang cukup terik, bu Darni pun memutuskan untuk mengantri lebih awal dan paling depan, dengan harapan urusannya cepat ditanggapi oleh petugas Disdukcapil.

Sambil berkipas dengan sehelai kertas ditangan, bu Darni pun terus berusaha untuk sabar menunggu. Jam pun sudah menunjukkan pukul 14.00 Wib, kaki bu Darni mulai gemetar karena lama berdiri, keringat pun mulai bercucuran, namun petugas THL Disdukcapil pun tak ada yang tampak.

Jam pun sudah menunjukkan pukul 14.15 Wib, satu persatu para petugas THL Disdukcapil mulai kelihatan. Sontak, bu Darni pun berusaha memanggil si petugas. "Mbak, mbak, mbak..!," ujar bu Darni sambil melambaikan sehelai kertas ditangannya.

Namun sayang, petugas pun bersikap seolah tidak mendengar dan melihat, petugas pun terus menyibukkan diri sendiri. Hingga antrian pun makin membludak, namun masih juga tak ada satupun petugas yang duduk di meja sebagai tempat melakukan urusan surat keterangan atau KTP sementara.

Pukul 14.45 Wib, tak satupun juga petugas Disdukcapil yang duduk di meja tempat melakukan urusan surat keterangan atau KTP sementara, bu Darni mulai gelisah, mengingat jarak tempuh yang nantinya akan ia jalani ke Tapung, apalagi hari semakin sore, dan itu cukup membahayakan dirinya sebagai perempuan.

Salah seorang yang ikut antri, seakan mulai kesal dengan sikap para petugas mulai berteriak kertas. "Apo la go, la jam ko, pelayanan olun juo bukak le, indak tontu angek go!! Kalau ndak, mo tukau posisi wak, lai tontu lo oso apo ponek juo angek togak di dilu go," ujar salah seorang pengantri dengan nada kesal.

Ucapan dari salah seorang pengantri tersebut ternyata membuahkan hasil, terlihat salah seorang petugas THL Disdukcapil langsung duduk di meja tempat menerima persyaratan urusan e-KTP sementara. Bu Darni pun mulai merasa sedikit lega.

Namun, setelah petugas Disdukcapil menerima persyaratan dari bu Darni, bukannya kabar baik yang diterima bu Darni. "Persyaratan sudah di terima, silahkan datang kembali besok pagi ya buk," ujarnya kepada bu Darni.

Mendengar ucapan tersebut, sikap bu Darni seolah kurang akal, tidak tau apa yang ia fikirkan, menerima atau mengeluh? Tidak tau. Ia pun mondar-mandir kesana-kesini, lalu ia memutuskan untuk kembali sambil bertanya kepada petugas.

"Mbak, apa tak bisa diselesaikan sekarang? Masalahnya saya dari Tapung, dan saya sudah seharian di Disdukcapil ini," ujar bu Darni sambil minta tolong kepada petugas.

"Tidak bisa buk, masih banyak lagi yang akan kami kerjakan, sementara hari sudah mulai sore, kantor pun segera tutup," ujar petugas Disdukcapil kepada bu Darni.

Ada Pungli di Disdukcapil

Tak ada jawaban lagi yang dapat diucapkan bu Darni selain menerima. Dibawa panas terik matahari, bu Darni pun mulai bergegas pulang, sesampai di parkiran, tiba-tiba bu Darni mendengar bunyi peluit.

"Otrek bu!," ternyata suara peluit tersebut datang dari penjaga parkir. Setelah bu Darni mau jalan dengan sepeda motor miliknya, tiba pria misterius (tukang parkir) berkata kepada bu Darni, "Dua ribu buk". "Apanya yang dua ribu mas," tanya bu Darni. "Biaya parkirnya buk," jawab pria misterius tersebut.

Setelah bu Darni membayar, dengan nada kesalnya bu Darni pun lagi berucap. "Baru kali ini ada Dinas yang melakukan tarif parkir," ujarnya sambil bergegas pulang menuju Tapung.

Melihat fenomena ini, rasanya sangat wajar jika Bupati Kampar terpilih, Azis Zaenal sangat mengkritisi tingginya angka gaji di Kabupaten Kampar yang tertera di APBD hanya diperuntukkan bagi para pegawai saja.

Hal ini diungkapkan Azis dalam pidatonya saat mengikuti acara Musrenbang tingkat Kabupaten beberapa waktu lalu. Rasanya sangat wajar, jika pengeluaran yang tertera di APBD Kampar untuk membayar gaji pegawai kedepannya diperkecil lagi.

Karena, tingginya pengeluaran yang diperuntukkan untuk membayar gaji pegawai di APBD Kampar ternyata sama sekali tidak memberi motivasi untuk meningkatkan kualitas dan mutu pelayanan pemerintah kepada masyarakat. ir24

KOMENTAR