BNPB: Karlahut di Riau Akibat Dibakar

Minggu, 13 Maret 2016 11:21:12 866
BNPB: Karlahut di Riau Akibat Dibakar
Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho
Pekanbaru, inforiau.co - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mendeteksi 45 titik panas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tersebar di sejumlah daerah di Riau, Ahad (13/3).
Mengutip data yang terpantau oleh Satelit Modis Sensor Terra Aqua milik Amerika Serikat, Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan titik panas yang tersebar di Riau tersebut, seperti di Bengkalis, Inhil, Siak, Meranti dan lain-lain.
"Penyebab karhutla tetap sama, yaitu akibat kecerobohan dan pembakaran. Artinya sengaja dibakar," katanya.
Sutopo menyesalkan temuan itu. Menurutnya, titik panas yang menandai adanya karhutla itu terbukti tidak hanya merusak hutan dan lahan. "Orang utan, satwa langka yang dilindungi pun ikut terbakar," tuturnya.
Secara rinci, Sutopo mengatakan, titik panas yang tersebar di Riau berada Bengkalis (16), Indragiri Hulu (2), Kepulauwan Meranti (20), Pelalawan (4), Rokan Hilir (1) dan Siak (2).
"Kondisi cuaca di Riau kering. Wilayah di Riau saat ini memasuki kemarau periode pertama hingga April mendatang," sebutnya.
Kemarau yang terjadi pada periode kedua yang menyongsong pada Juli hingga September diprediksinya akan lebih kering daripada periode pertama.
"Kondisi air sumur dan air permukaan sudah mulai menipis sehingga menyulitkan petugas saat memadamkan api," kata Sutopo.
Sutopo mengatakan, karhutla di Riau sebenarnya sudah berlangsung hampir tiga minggu dengan jumlah titik panas yang fluktuatif.
Jarak Pandang 4 Kota Menurun
Sementara itu hasil pencitraan satelit dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) stasiun Pekanbaru mencatat, ada 29 titik panas yang tersebar di lima kabupaten.
Lima kabupaten di Riau tersebut diantaranya Inhu, Pelalawan, Rohil dengan masing-masing satu titik panas, Bengkalis 10 titik panas dan terbanyak di Kepulauan Meranti dengan 16 titik panas. Peningkatan titik panas tersebut dipicu karena masih adanya lahan yang terbakar.
Dengan meningkatnya titik panas ini, membuat Riau kembali mendominasi di Sumatera, lantaran di provinsi lain tidak begitu banyak, seperti Aceh ada delapan titik panas, Sumsel satu titik panas dan Sumut satu titik panas. Apabila dijumlah, ada 39 sebaran hotspot di Sumatera (ditambahkan dengan Riau).
Lalu untuk titik panas yang berpotensi besar merupakan titik api terhitung ada 21 titik, dimana 10 titik terdapat di Bengkalis dan 11 titik lainnya di Kepulauan Meranti. "Untuk confidence (kepercayaan, red) di atas 70 persen," sebut Kepala BMKG Pekanbaru, Sugarin.
Sementara itu, jarak pandang di empat titik pemantauan seperti Pekanbaru, Rengat, Dumai dan Pelalawan menunjukkan angka penurunan (jarak pandang pendek) berkisar di angka 4 hingga 8 Kilometer dengan status udara kabur.
Kemarau Lebih Parah pada Juli
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga memprediksi bahwa kekeringan akibat kemarau di Provinsi Riau akan lebih meningkat saat memasuki Bulan Juli hingga September 2016 mendatang, yang disebut dengan kemarau periode kedua.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, Ahad (13/3) sore mengatakan, ada dua periode kemarau di Riau, di mana saat ini disebut periode pertama hingga April, dan mulai Juli disebut dengan kemarau periode kedua hingga September nanti.
"Wilayah di Riau saat ini memasuki kemarau periode pertama hingga April mendatang. Namun kemarau yang terjadi tidak sekering saat kemarau periode kedua pada Juli hingga September mendatang," ungkap Sutopo Purwo Nugroho dalam pesan singkatnya.
Meski demikian, musim kering periode pertaman tersebut sudah membuat kondisi air sumur dan air permukaan menipis, sehingga menyulitkan petugas saat memadamkan api di lahan dan hutan yang terbakar.
"Tidak hanya di Riau, Kalimantan Timur juga kering," ungkap dia. Rtc/Grc/Ir

KOMENTAR