Kades Padang Luas Diduga Sunat Dana Bedah Rumah Milik Masyarakatnya

Kampar, Inforiau.co - Sebagai seorang kepala desa seharusnya Solihan (Kepala Desa Padang Luas Kecamatan Tambang) mengedepankan tranparansi dan menjaga amanah masyarakatnya yang mendapatkan bantuan bedah rumah dari pemerintah Kabupaten Kampar. Sayang, Solihan diduga berbuat curang dengan cara menyunat dana bedah rumah warga miskin di Padang Luas.
Hal itu dirasakan oleh empat orang masyarakatnya yang mendapatkan bantuan tersebut yang mana tidak adanya keterbukaan antara pihak pemerintah desa dengan masyarakat miskin yang mendapatkan bantuan tersebut.
Hal itu di sampaikan oleh Afrizal, Bahar dan lainnya kepada Inforiau, Rabu (13/02/19). Menurut mereka banyak kejanggalan yang tidak sesuai di hati mereka sehingga bathin mereka pun tak bisa menerima.
Dari informasi yang diberikan masyarakat penerima bantuan tersebut, menjelaskan bahwa dana per unit untuk rumah itu adalah 15 juta/ rumah dan itu jumlahnya ada empat rumah namun pihak desa meminta Rp 2 Juta/rumah sebagai biaya pengurusan.
Tanpa fikir panjang penerima bantuan dengan terpaksa menyetujui hal itu dan sisanya tinggal 13 juta rupiah saja setiap rumah (yang awalnya 15 juta).
Namun yang lebih parahnya lagi setelah uang cair 40 persen dari ke-4 unit rumah tersebut pihak desa langsung meminta untuk dikembalikan ke desa pada hal pencairan itu melalui rekening masing-masing.
Tetapi dalam perjalanannya, bukan saja yang dipotong dari jumlah 15 juta menjadi 13 juta per unit, namun, bahkan masih ada permainan yang dilakukan pihak desa yakni di bahan material yang tak cocok.
Sebagai contoh, seperti semen yang seharusnya 15 sak yang didapatkan hanya 12 sak yang sampai ke setiap rumah itu. Dan itu hanya salah satu contoh saja.
Belum lagi yang lain, sehingga kalau ditotalkan rumah yang mendapatkan bedah tersebut hanya berkisar 5 juta sampai 9 juta setiap rumahnya.
"Artinya ada permainan yang dilakukan kades," kata Afrizal yang merupakan ketua dari masyarakat yang mendapat bantuan bedah rumah itu.
Dilanjutkan Afrizal, dirinya merasa tertipu dengan apa yang dilakukan oleh kades. Sehingga mencoba mendatangi Kades Solihan untuk mempertanyakan langsung.
"Namun sang kades malah dengan bahasa yang membuat sakit hati yang mengatakan 'Tak Sadar Di Untuong '(Tak Sadar Diuntung) bahasa kades"tambahnya.
Tentunya komplain terhadap kades ini tak berarti dan memang ada pengakuan Solihan yang mengatakan bahwa memang ada sisa duit di setiap rumah itu tapi tidak banyak.
Afrizal berharap agar pemerintah daerah melalui dinas terkait harus menyelesaikan masalah ini agar masyarakat lain tidak menjadi korban selanjutnya oleh sang kades ini. hen