Kapolri Blak-blakan soal Kasus Ferdy Sambo di DPR RI

Inforiau - Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo blak-blakan soal kasus dugaan pembunuhan berencana terhadap Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi III DPR RI, Rabu, (24/08).
Sigit mengungkapkan bahwa rencana pembunuhan terhadap Brigadir J disusun di rumah pribadi Sambo di Jalan Saguling, Jakarta Selatan. Saat itu, perencanaan pembunuhan diketahui oleh Bharada E dan istri Sambo, Putri.
"Peristiwa penembakan yang terjadi di Duren Tiga diduga dilakukan dengan perencanaan terlebih dahulu oleh saudara FS (Ferdy Sambo) di rumah Saguling," kata Sigit di ruang rapat Komisi III DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.
Sesaat setelah mengeksekusi Brigadir J, Sambo membuat laporan ke Polres Jakarta Selatan dan Divisi Propam Polri. Mulanya, dia menyampaikan bahwa terjadi insiden baku tembak antara Bharada E dan Brigadir J di rumah dinasnya. Peristiwa itu disebutnya bermula dari dugaan pelecehan yang dilakukan Brigadir J terhadap Putri. Saat itu, Sambo mengaku tak berada di TKP.
Sebut Sigit Sambo mengaku baru tahu peristiwa tersebut ketika ditelepon oleh istrinya sebanyak 3 kali. Sambo yang sedang perjalanan tak jauh dari rumahnya memerintahkan sopirnya memutar balik ke rumah dinas. Setibanya di rumah, kata Sambo, dirinya melihat Brigadir J sudah tewas.
"Ini adalah informasi awal yang disampaikan Ferdy Sambo," kata Sigit.
Lanjut Sebut Sigit Mulanya, kasus ini berkembang sebagaimana narasi yang disusun Sambo. Namun, pada 5 Agustus 2022, Bharada E membuat pengakuan berbeda. Pengakuan ini disampaikan dua hari setelah Eliezer ditetapkan sebagai tersangka. Bharada E saat itu bilang, dirinya diperintah Sambo untuk menembak Brigadir J. Sambo pun berada di TKP penembakan.
"Saat itu Saudara Richard menyampaikan bahwa melihat almarhum Yosua terkapar bersimbah darah. Saudara FS berdiri di depan dan memegang senjata lalu diserahkan kepada Saudara Richard," ujar Sigit. Bharada E juga mengaku, Sambo menjanjikan bahwa pengusutan kasus kematian Brigadir J bakal dihentikan.
Kapolri juga mengungkap oknum yang diduga mengambil hard disk kamera CCTV yang berkaitan dengan peristiwa ini. Sigit bilang, hard disk tersebut diambil oleh personel Divisi Propam dan Bareskrim Polri di pos sekuriti di depan rumah dinas Sambo pada 9 Juli 2022 atau sehari setelah penembakan.
"Kita mendapatkan kejelasan bahwa CCTV tersebut diambil oleh anggota atau petugas personel Divpropam dan personel Bareskrim dan di situ terungkap peran dari masing-masing personel,” ujar Sigit.
Sigit mengungkapkan, saat ini Tim Khusus Polri tengah melakukan pendalaman terkait tindakan tersebut. Dia mengaku telah mengetahui peran masing-masing personel Polri yang terlibat.
Perihal motif pembunuhan terhadap Brigadir J, Sigit mengatakan, saat ini masih terus didalami oleh polisi. Berdasarkan pengakuan Sambo di awal, terjadi peristiwa di Magelang yang melukai martabat keluarganya sehingga membuat dia marah dan emosi. Namun, belum diketahui secara pasti detail peristiwa yang diduga terjadi sehari sebelum penembakan Brigadir J itu.
"Saat ini kami sampaikan motif dipicu adanya laporan PC terkait dengan masalah-masalah kesusilaan," kata Sigit.
"Ini untuk menjawab isunya antara pelecehan atau perselingkuhan kami dalami. Jadi tidak ada isu di luar itu, itu akan kami pastikan besok setelah pemeriksaan terakhir," lanjut dia.
Sigit mengatakan, diperlukan keterangan Putri untuk memastikan ihwal peristiwa tersebut. Saat ini Putri belum bisa dimintai keterangan karena mengaku masih sakit. Rencananya, polisi akan memeriksa istri Sambo itu pada Kamis atau Jumat besok. 7. Sidang etik Pada Kamis (25/8/2022), rencananya digelar sidang etik terhadap Sambo. Sidang itu bakal menentukan status keanggotan jenderal bintang dua itu sebagai anggota Polri.
"Terhadap Saudara FS pada hari Kamis akan dilaksanakan sidang komisi kode etik, apakah keputusannya masih menjadi anggota Polri atau tidak," terang Sigit.
Terkait isu bungker berisi uang Rp 900 miliar di rumah dinas Sambo di Jalan Bangka, Kemang, Jakarta Selatan, Kapolri membantahnya. Sigit memastikan, tidak ada temuan bungker uang ketika polisi menggeledah rumah Sambo.
"Terkait uang Rp 900 miliar tersebut kami nyatakan tidak ada," kata Sigit.
Menurut Sigit, dari hasil penggeledahan empat rumah Sambo di Kompleks Polri Duren Tiga, Jalan Saguling, Jalan Bangka, dan Magelang, penyidik mendapati ponsel, pisau, dan laporan M-Banking. Dia menjelaskan, video yang menarasikan adanya temuan uang di rumah Sambo ternyata merupakan kasus temuan uang dollar palsu di Amerika Serikat.
"Setelah kami dalami, peristiwa yang kemudian viral tersebut adalah kasus uang dolar palsu yang terjadi di Atlanta, Amerika Serikat," katanya.
Kapolri juga menjawab isu Konsorsium 303 atau bisnis perlindungan judi online yang menyeret nama Sambo dan sejumlah petinggi Polri lainnya. Menurut Sigit, pihaknya tengah mendalami isu tersebut.
"Terkait dengan beberapa pertanyaan khususnya terkait yang tadi, kemudian memunculkan apakah betul Kaisar Sambo dan gengnya terkait dengan masalah Konsorsium (303), kemudian juga dengan cacat yang lain. Jadi saat ini kami sedang melakukan pendalaman, Pak," kata Sigit.
Sigit mengatakan, pihaknya sejak lama fokus pada pemberantasan judi, baik online maupun konvensional.
"Nanti kalau itu (judi) saya masih dapati, pejabatnya pasti saya copot, dan itu merupakan komitmen saya bahwa di zaman saya, judi tidak ada," janji Sigit.*