Laba Bersih Pertamina Rp 41,8 Triliun, Sebanyak 29 Persen Dibagikan untuk Deviden

Jumat, 17 Maret 2017 14:01:39 584
Laba Bersih Pertamina Rp 41,8 Triliun, Sebanyak 29 Persen Dibagikan untuk Deviden
Elia Massa Manik, Dirut PTPN III yang disebut sebagai salah satu calon Dirut Pertamina
 Jakarta, Inforiau.co - PT Pertamina (Persero) membukukan laba bersih 2016, 3,15 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 41,8 triliun.
 
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Pertamina memutuskan membagikan 29 persen dari laba bersih tersebut sebagai deviden ke pemegang saham.
 
"Laba bersih kita kan USD3,15 miliar atau sekitar Rp 41,8 triliun. Dividennya itu sekira 29% atau Rp12,1 triliun," kata Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman di kantor Pusat Pertamina, Jakarta Pusat, Kamis (16/3/2017).
 
Setoran dividen tahun 2016 diakui lebih rendah dari tahun sebelumnya, hal tersebut karena perseroan melakukan banyak kegiatan eksplorasi di 2017 yang membutuhkan banyak biaya.
 
"Tahun lalu (2015) dividen dibagikan 35%. Tapi karena tahun ini (2017) ada aksi korporasi untuk pengeboran 8 sumur di Blok Mahakam," ucap Arief Budiman.
 
Yenni Andayani Direktur Gas dan Energi Baru Terbarukan (EBT) Pertamina mengakui kalau penurunan telah terjadi sejak 2014 lalu.
 
Pada 2014 pendapatan dicapai sebesar USD70,0 miliar, 2015 sebesar USD41,76 miliar dan 2016 sebesar USD36,49 miliar, namun, Ebitda margin perseroan terus membaik.
 
Di mana ebitda margin di 2014 mencapai 8,20%, 2015 menjadi 12,28%, dan 2016 menjadi 20,73%.
"Walaupun pendapatan menurun, laba bersih Pertamina naik. Utamanya Ebitda margin. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja Pertamina selama ini mampu melaksanakan program efisiensi kinerja secara kesuluruhan," ucap Yenni Andayani.
 
Walaupun menurun, tapi hal tersebut tidak  berdampak pada laba bersih yang dihasilkan perusahaan. Kenaikan labah bersih tahun 2016 diharapkan Pertamina akan terus positif ke depannya.
 
"Alhamdulillah laba bersih Pertamina di 2016 itu US$ 3,15 miliar. Ini prestasi menggembirakan untuk Pertamina. Trennya sendiri nggak selalu menggembirakan. Kalau lihat Oktober sampai Desember 2016, ada perlambatan di pertumbuhan, tidak seperti di awal tahun sampai pertengahan tahun. Ini yang mesti diwaspadai," kata Yenni Andayani. tpc

KOMENTAR