Mendag Minta Pabrik Beli Sawit Petani Rp1.600 per Kg

Sabtu, 09 Juli 2022 21:44:41
Mendag Minta Pabrik Beli Sawit Petani Rp1.600 per Kg
Ilustrasi/net

Inforiau - Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan meminta pabrik pengolahan sawit membeli dari petani minimal Rp1.600 per kg. Ini dimaksudkan untuk menjaga stabilitas harga sawit di tingkat petani.

Mengutip Antara, Sabtu (9/7), ini dimaksudkan untuk menjaga stabilitas harga sawit di tingkat petani.

"Jadi kita bersama-sama telah mendengar keluhan petani sawit di Lampung karena harga tandan buah segar (TBS) milik mereka harga jualnya rendah," ujar Zulkifli Hasan di Lampung.

"Kita minta pabrik pengolahan agar membeli paling murah Rp1.600 per kilogram, tadi memang telah dilihat masih ada pabrik yang membeli Rp1.300 per kilogram," imbuhnya.

Ia mengatakan masih banyak pabrik yang tidak menerima pasokan dari petani sawit secara langsung sehingga harga jual menjadi rendah.

"Kadang pabrik tidak membeli secara langsung ke petani, namun lewat penampung di sana biasa sawit petani dibeli dengan harga Rp800 per kilogram. Seharusnya petani bisa dibeli dengan harga Rp1.600-Rp2.000 per kilogram ini baru layak," ucap dia.

Sebelumnya, Ketua DPW Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Lampung, Abdul Simanjuntak mengeluhkan rendahnya harga komoditas tersebut di tingkat petani.

"Harga sawit saat ini rata-rata di bawah Rp1.000 per kilogram atau sekitar Rp700 per kilogram, sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti membeli beras saja kami harus menjual 30 kilogram sawit dahulu," kata Abdul Simanjuntak.

Ia berharap harga sawit di tingkat petani dapat mencapai Rp2.000 per kilogram, sebab tingginya biaya perawatan seperti mahalnya harga pupuk yang mencapai Rp17 ribu per kilogram.

"Pupuk itu sudah Rp17 ribu per kilogram jadi kami harus menjual 1 kuintal sawit baru bisa membeli pupuk, karena harga hanya Rp700 per kilogram. Kami tidak bisa sekolahkan anak lagi, dan harapannya kepada pemerintah lihatlah penderitaan petani sebab kami percaya pemerintah bisa membantu petani yang ada di Lampung," katanya.*

KOMENTAR